Darwin, Pedayung Legendaris Indonesia Asal Bone-bone

BAUBAU- Kota Baubau patut berbangga memiliki putra putri yang mampu mengharumkan nama daerah hingga ke kancah internasional, khususnya dibidang olahraga. Darwin, putra asli Buton, Kelahiran Bone bone, 21 mei 1973 ini dianugerahi penghargaan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI atas jasanya pada cabang olahraga dayung. Penghargaan ini diberikan langsung oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi, di Jakarta, 14 Desember lalu.

Pria 44 tahun ini, sejak duduk di kelas tiga SMP sudah bergelut secara profesional pada olahraga dayung. Tak tanggung-tanggung beragam prestasi telah diraihnya. Diantaranya empat medali emas dalam Sea Games 1991 di Filipina, tiga medali emas pada ajang yang sama di Singapura tahun 1993 plus satu medali perak.

- Advertisement -

Dua tahun kemudian di Sea Games 1995 Thailand, Darwin kembali menyumbang empat medali emas untuk Indonesia. “Alhamdulillah, prestasi yang pernah saya torehkan mendapatkan apresiasi dari pemerintah. Pada peringatan hari olahraha nasional (Haornas) 2016 di Surabaya saya mendapatkan hadiah rumah dari Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. Dan tahun ini, (2017, red), dari Kemenpora saya mendapatkan penghargaan sebagai Legendaris Atlit Dayung Indonesia, sebagai hadiah hari tua saya,” ungkapnya kepada awak media ini melalui sambungan whatsapp, Jum’at (15/12).

Anak ke tujuh dari delapan bersaudara dari pasangan La Ali dan Waziya ini, semasa masih aktif di olahraga dayung telah meraih 36 medali emas dan 1 medali perak. Darwin juga menjadi pemegang rekor juara dunia dayung selama enam kali.

Atas prestasinya tersebut, bapak tiga orang anak yang sehari-harinya bertugas di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Buton Tengah ini, pada tahun 1994 mendapatkan hadiah dari Pesiden Soeharto dengan diangkat sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Badan Kepegawaian Daerah Buton.

Baca Juga :  Pasien Sembuh Dari Covid-19 Capai 607 Orang

Darwin berharap prestasinya dapat memotivasi generasi muda di daerah. “Saya sangat sayangkan generasi kita sekarang ini minim, dan tidak didukung dengan kemauan keras.  Istilahnya, belum latihan sudah nuntut uang saku,” urainya.

Perhatian pemerintah daerah dibidang olahraga, termasuk pengawasan KONI khususnya anggaran pembinaan generasi memang sangat dibutuhkan. Pasalnya dalam mengembangkan dunia olahraga tentu dibutuhkan anggaran. (dewi/Kepton Pos)

Facebook Comments