BURANGA, Rubriksultra.com – Petugas UPTD Pelabuhan Penyeberangan Labuan (Buton Utara), diduga sering melakukan kecurangan dalam mengatur penyeberangan kendaraan menuju pelabuhan Amolengo Kabupaten Konawe Selatan.
Dengan demikian, pengguna kendaraan roda empat yang sering menggunakan jasa penyeberangan kapal Fery meminta kepada instansi terkait untuk memperbaiki pelayanan dan menegur petugasnya yang bermain-main dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Seperti dialami pengguna jasa kapal penyeberangan Labuan-Amolengo, HZ asal Ereke yang ingin namanya diinisialkan kepada media ini, Jum’at 9 Maret 2018 mengungkapkan dugaan kecurangan para petugas itu.
HZ mengaku dirinya bersama rekannya hendak menuju Kendari dengan menggunakan roda empat. Setiba di pelabuhan ternyata fery baru saja berangkat, yang diketahui saat itu merupakan ret kedua dari Labuan.
“Pas kita tiba fery sudah berangkat, kita terlambat sekitar 2 menit. Tapi meskipun kita dapat fery pasti mobilnya kami tidak bisa berangkat karena masih ada sekitaran 6 mobil yang tertinggal atau tidak terangkut,” katanya.
Kondisi pelabuhan pun sudah sunyi dengan kendaraan. HZ langsung menuju posko untuk mendaftarkan mobilnya kepada petugas pemberi nomor, diberi nomor urut antrian 51.
Usai mengambil nomor, HZ bergegas menuju warung makan untuk beristrahat sambil makan siang sekaligus menunggu Shalat Jum’at serta kapal fery yang dijadwalkan tiba di pelabuhan Labuan pukul 02.00 Wita.
“Setelah shalat Jum’at kami langsung ke pelabuhan. Mobil sudah banyak mengantri. Saya menuju loket ticket dengan membawa nomor antrian. Alangkah kagetnya saya ketika petugas loket bilang bisa jadi mobilnya tidak bisa menyeberang,” ujarnya.
HZ sempat berdebat dengan petugas, bahwa sebelum banyak mobil, dirinya tiba terlebih dahulu tiba dan sudah mengambil memang nomor antrian. Dia heran kenapa tiba-tiba mobilnya tidak bisa masuk.
Ketegangan sempat redah ketika ada salah seorang petugas menenangkan HZ. Petugas itu mengatakan akan memasukan dicadangan.
Begitu kapal fery tiba, dan mobil mulai satu persatu diarahkan untuk masuk. Mobil yang ditumpangi HZ tak kunjung juga dimasukan. Ketegangan pun kembali terjadi, ketika HZ mempertanyakan kepada petugas.
Bahkan, saat itu petugas membanting buku nomor antrian di tanah. “Saya sudah bilang sabar. Saya ini capek,” teriaknya.
Sontak saja kelakuan seorang petugas itu mengundang amarah dari sopir mobil lainnya. Keriuhan bisa diatasi oleh aparat keamanan.
Disaat itu, petugas keamanan yang mengaku anggota kepolisian mendatangi HZ dan mengatakan, memang harus komplain, karena kalau sudah komplain akan dimasukan dulu mobil yang tiba duluan.
“Kalau nomor antrian kami tidak bisa campuri. Tapi kalau komplain, saya akan suruh mobil yang sudah di depan itu mundur, baru mobilnya kita yang masuk. ,” ujar pria yang mengaku anggota polisi yang bertugas disitu.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya mobil yang dikendarai HZ disuruh masuk, meskipun mobil yang urutan terakhir masuk dalam kapal. Sebelum menuju kapal, salah seorang petugas mendatangi HZ bersama untuk menyampaikan permintaan maaf atas tindakan yang dilakukan anggotanya.
“Saya yang bertanggung jawab disini, jadi atas nama petugas kami meminta maaf apa yang dilakukan teman kami tadi. Jadi mohon dimaafkan pak,” pinta bapak itu sambil menjabat tangan HZ.
Ternyata, sambung HZ ada banyak pengguna roda dua yang menyeberang tinggal menelpon sama petugas minta dipesankan duluan nomor antri.
“Ini yang bikin kita heran, pelabuhan Labuan ini menerima pelayanan online kah ini. Terus siapa yang dikenal itu yang dikasih masuk,” herannya.
Oleh karena itu, HZ meminta kepada instansi terkait khususnya Dishub Pemprov Sultra dan ASDP untuk memperbaiki pelayanannya.
“Perbaikilah pelayanan, karena memang ini praktek yang sudah lama terjadi. Utamakan keadilan dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat,” imbaunya.
Bukan hanya HZ yang mengalami kejadian seperti itu, IS yang merupakan salah satu kepala sekolah di Butur ditemui dalam kapal fery mengaku, mengalami kejadian yang hampir sama dengan HZ. Ia bahkan sama sekali tidak bisa menyeberangkan mobilnya dan terpaksa disimpannya di pelabuhan Labuan.
” Tadi itu kami tiba lebih cepat dari mobil-mobil yang masuk duluan di kapal. Tapi kok mereka masuk kita tidak. Ternyata dengar-dengar mereka ini sudah menelpon duluan, ada juga kenalannya petugas pelabuhan. Parah kalau praktek seperti ini dipertotonkan,” tegasnya. (adm)
Sumber : Inilahsultra