KENDARI, Rubriksultra.com – Jaringan Suara Indonesia (JSI) merilis hasil surveinya yang menempatkan pasangan Ali Mazi-Lukman Abunawas memiliki dukungan paling tertinggi dengan angka 48,9 persen.
Sedangkan dukungan masyarakat kepada pasangan Asrun-Hugua kian tergerus seiring dengan kasus yang menerpa Asrun.
Wakil Direktur Eksekutif JSI, Popon Lingga Geni mengaku, peningkatan keterpilihan pasangan Ali Mazi-Lukman Abunawas ini tidak terlepas dari berpindahnya dukungan masyarakat pemilih Asrun selama ini.
Menurutnya, kasus Asrun di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadi faktor utama tergerusnya suara pasangan nomor urut 2 itu. Sehingga, sekitar 40 persen lari ke Ali Mazi. “Sekarang, potensi suara Asrun-Hugua hanya 15 persen,” katanya, Jumat 27 April 2018.
Menurut dia, dari hasil survei yang mereka lakukan, 66,1 persen dari 700 sampel se-Sultra mengetahui kasus yang membelit Asrun. “Ini juga terblow up di media dan kebanyakan media memberitakan Asrun karena kasus ini,” paparnya.
Ia menyebut, sepanjang sejarah pagelaran pilkada, tersangka korupsi hampir tidak ditemukan menang dalam pertarungan. Terlebih ditangani oleh KPK. “Ada calon kepala daerah yang pernah jadi tersangka namun akhirnya menang, kasusnya sangat jarang ditemukan,” katanya.
Ia menyebut, ada kandidat tersangka bisa menangkan pilkada, namun bukan dalam kasus operasi tangkap tangan (OTT). “Misalnya di Kabupaten Baru. Tapi ini terjadi bukan OTT,” ujarnya.
Nasib Asrun sama halnya terjadi dengan calon Wali Kota Cimahi. Ia ditangkap dalam OTT KPK. “Wali Kota Cimahi di-OTT dan kalah, padahal surveinya tinggi,” ujarnya.
Lantas bagaimana dengan Buton? Popon menyebut, Umar Samiun tidak terjaring OTT meskipun kasusnya ditangani KPK. “Kasus Buton, bukan OTT dan kedua bukan kasus korupsi. Ketiga, dia lawan kotak kosong. Jika Asrun melawan kotak kosong kemarin, bisa menang,” tuturnya. (adm)
Sumber : Inilahsultra