Oleh : La Ode Budi
PENGALAMAN berorganisasi saat mahasiswa itu penting. Saya beruntung, sudah aktif berorganisasi sejak tingkat 1 di IPB Bogor.
Saya aktif dalam organisasi walaupun tidak struktural. Saya ketua kelompok (kelas) yang jumlah mahasiswanya 150an. Jabatannya, bernama KOMTI. Teman2 yang dulu satu kelas, banyak yang sudah dosen profesor atau pejabat di Kementrian dan Menko Ekuin.
Pergaulan antar angkatan juga saya jalani dalam upaya mengasah intelektual. Saya banyak ikut serta dalam kegiatan2 seminar dan diskusi. Banyak “bintang tamu” jadi pembicara kami undang untuk berbagi wawasan.
Menteri, Dirut Bank Nasional dan Internasional, Pengusaha sukses, dan tentu saja Pemikir2 Islam. Topik strategi pembangunan daerah, Pertanian Indonesia, dan strategi pelibatan masyarakat dalam pembangunan, Wirausaha, dan lain-lain.
Paralel mengasah diri saya juga kadang jadi nara sumber dalam diskusi antar mahasiswa, (termasuk training yang diadakan HMI atau Kohati). Kami banyak membahas masa depan Islam, Islam dan Indonesia, Aspek keadilan bagi suatu bangsa/kaum, dan jenis-jenis kebangkitan Islam di dunia, Bank syariah vs Bank konvendional atau bedah buku yang sedang trend.
Hal ini saya wariskan kepada anak-anak saya yang kuliah di UI, ITB dan Univ. Trilogi. Dua diantaranya, pada akademik nilainya cum laude, tapi mereka juga aktivis aneka kegiatan mahasiswa di kampus, baik sebagai BEM atau kumpulan mahasiswa profesi.
Pengalaman berorganisasi membuat kita bisa cakap berbicara, membuat rencana dan kerjasama tim, membentuk konsensus dalam perbedaan yg tajam dan latihan hasilkan karya-karya hebat atas nama kampus.
Pemilihan ketua HMI dan Kohati, Senat Mahasiswa atau aneka Ketua lainnya pada profesi jarang berlarut ke konflik. Karena, semua sepakat utamanya adalah karya yang akan dihasilkan bersama pada satu dua tahun ini. Ketua adalah hanya satu orang diantara kita yang siap untuk ambil tanggung jawab lebih.
Bagi yang tidak jadi ketua, semua tetap ditunggu kerjanya pada aneka kegiatan yang akan dilaksanakan. Pada kegiatan-kegiatan, tersedia banyak jabatan ketua yang tidak kalah menantang. Tulisan ini, barangkali bisa jadi refleksi untuk adik-adik yang masih mahasiswa di Buton. (***)