Oleh : Ir. La Ode Budi Utama
KEBANYAKAN orang kalau dikenalkan suatu daerah akan bertanya ; “kekayaan alamnya disini, apa ?” Lalu kalau tidak ada kekayaan alam, maka mereka akan berpikir bahwa daerah itu tidak akan punya masa depan.
Kenyataannya, banyak negara yang saat ini makmur tidak memiliki kekayaan alam melimpah, seperti : Singapura dan Jepang. Mereka makmur lebih karena memiliki strategi pembangunan yang kuat dan sumber daya manusia yang bernilai tambah tinggi.
Sebagai contoh, pada pertanian, jika ditemukan tanaman yang memiliki nilai jual tinggi, dan di daerah ini ada orang yang sangat ahli (mastery) dalam menanam, mengolahnya bahkan mengepaknya, maka otomatis daerah itu akan makmur. Di banyak tempat, malahan tanahnya cuma sedikit luasnya, tapi ditanam bertumpuk di rumah kaca. Kata kuncinya, adakah kita orang yang ahli terkait hal itu atau sangat menguasai teknologinya.
Hal lain, misalnya jati jika hanya dijual kayunya maka nilainya hanya dihitung jumlah kubik. Tapi kalau sudah menjadi mebel yang kontemporer dan standar Eropa atau karya seni misalnya, maka harganya jauh berlipat-lipat. Pertanyaannya, adakah kita memiliki orang ahli ukir/ahli mebel atau seniman yang mencapai tingkat kualitas tersebut.
Pertanyaan yang serupa, kita sampaikan pada usaha rakyat di bidang penangkapan ikan, pengolahan ikan, pembuatan makanan khas daerah, industri rumah tangga dan lain-lain. Keahlian untuk membuat produk yang unik dan bermutu tinggi, apalagi sudah terjamin pemasarannya, pasti akan menciptakan pendapatan yang baik bagi rakyat. Lalu, jika sekarang ini kita tidak memiliki generasi yang ahli tersebut, apa yang bisa daerah lakukan ?
Pertama, kita harus memiliki rencana keunggulan/usaha daerah. Kedua, rencana keunggulan daerah tersebut harus diwadahi oleh kesiapan lainnya, misalnya, tata ruang/lokasi usaha, jalan dan pendirian BUMD yang akan menampung pemasaran atau tata niaganya atau kelembagaan (kelompok atau koperasi). Ketiga, setelah itu baru kita melangkah mengadakan pelatihan pemuda-pemuda yang bertujuan mereka betul-betul ahli. Pelatihan tersebut tidak seperti biasa dilakukan, yaitu penjelasan di kelas dan sifatnya pengetahuan (kurang berdampak).
Pelatihan ini sifatnya praktek langsung didampingi oleh orang yang memang ahli (sudah sukses), kita bayar untuk membimbing dari rencana, pelaksanan hingga penjualannya. Katakanlah itu sayuran tertentu (dalam negeri atau ekspor), maka dari penyiapan tanah, memilih/mendapatkan bibit, penanaman, pemeliharaan, panen hingga jual. Satu siklus usaha itulah pelatihannya. Bisa terlaksana 4-6 bulan pelatihan tersebut, sesuai dengan waktu terkait jenis keahlian itu. Bisa juga kalau sulit dilaksanakan di daerah, kita mengirim orang ke pusat keunggulan hal tersebut untuk belajar hingga ahli.
Tujuan di atas dicapai oleh daerah melalui Pusat Pelatihan Keterampilan Unggul Daerah (PPKUD). Pelatihan ini pasti biayanya agak besar memang, tapi lebih ada jaminan untuk berhasilnya, menghasilkan munculnya pemuda-pemuda yang memiliki keahlian tinggi.
Singkatnya, jasa atau produk unggul itu dibuat oleh ahli (yang menguasai keterampilan dan teknologinya). Dan pembangunan daerah yang berorientasi menciptakan manusia ahli, lebih menjamin cepatnya daerah itu mencapai peningkatan kesejahteraan. Karena kalaupun daerah tidak bisa menampungnya, maka keahlian itu dapat dia usahakan di tempat lain. Dimanapun dia hidup akan unggul dalam ekonomi (usaha).
Penjelasan di atas, untuk jadi gambaran bagi kita bahwa nilai ekonomi Generasi Emas itu sangat tinggi dan membangun manusia ditopang strategi daerah yang tepat adalah jalan terdekat mencapai daerah sejahterah.
Semoga ada manfaatnya bagi yang berkepentingan. Kabarakatina tana wolio. (***)
Penulis adalah Pembina Yayasan Pendidikan Permata Hati, pemilik TK/SD Islam Pemata Hati, di Tangerang, didirikannya sejak 20 tahun lalu. Jumlah murid 500an dan merupakan Sekolah Standar Nasional dan sekolah percontohan Pemerintah dalam penerapan kurikulum unggul di Provinsi Banten. Sekolah swasta dengan akreditasi A ini memiliki guru-guru bersertifikat, dan pelatih tingkat nasional dan tingkat provinsi untuk Kurikulum 2013.