BAUBAU, Rubriksultra.com – Berawal dari sebuah mimpi bertemu dengan seorang pria, membuat seorang perempuan di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio Kota Baubau tak kunjung menikah hingga berusia 75 tahun.
Adalah Waa’i, seorang perawan tua yang hidup sebatang kara di dalam hutan yang jaraknya satu kilometer dari pemukiman warga. Rumahnya pun nampak tersembunyi karena dikelilingi pohon-pohon bambu dan beberapa anak sungai.
Didepan rumahnya, terdapat banyak tali yang menghubungkan ke beberapa tempat seperti toilet, anak sungai dan beberapa tempat yang ada didepan rumahnya. Tali tersebut digunakan nenek Waa’i sebagai penuntun karena kedua matanya mengalami kebutaan.
Banyak hiruk pikuk yang dirasakan nenek Waa’i dalam kesendiriannya ditengah hutan. Salah satunya, pernah dililit ular berbisa dimalam hari. Untungnya, nenek Waa’i dapat menyelamatkan diri dengan memotong ular tersebut menggunakan sebuah pisau.
Anehnya, hidup sebatang kara didalam hutan dan jauh dari sanak saudara adalah pilihan nenek Waa’i sendiri. Selain itu juga, nenek Waa’i mengaku bahwa hal tersebut merupakan perintah dari seorang pria yang dia temui didalam mimpinya.
Mirisnya lagi, pria didalam mimpinya itu bukan hanya menyuruh tinggal dihutan tetapi juga melarangnya menikah. Alhasil, nenek Waa’i pun belum menikah hingga saat ini.
“Awalnya saya lihat dalam mimpi bahwa saya harus tinggal disini. Dan saya dilarang menikah oleh lelaki tua dalam mimpi saya. Sehingga sampai saat ini saya belum menikah,” ungkap Waa’i saat ditemui di kediamannya, Kamis 23 Agustus 2018.
Buta dan puluhan tahun tinggal sendiri didalam hutan membuat nenek Waa’i mengharapkan uluran tangan warga setempat untuk makan setiap harinya.
“Kalau saya tidak dibantu saya mau makan apa. Sedangkan beraktifitas saja saya sudah dibantu pakai tali sebagai penuntun,” ujarnya.
Meski memiliki keterbatasan, banyak warga dari berbagai penjuru mendatangi dan mempercayai bahwa nenek Waa’i merupakan “orang pintar” dan bisa mengobati orang sakit.
“Walaupun makanan sering dibawakan oleh warga tetapi saya juga punya uang. Uang itu pemberian dari orang yang datang berobat. Tadi pagi juga ada yang datang sebelum kalian,” pungkasnya.
Nenek Waa’i bersihkeras menolak jika ada orang atau siapapun yang ingin mengobati matanya.
Salah seorang pegawai Kelurahan Kaisabu mengaku, setiap ada bantuan dari Dinas Sosial Baubau yang disalurkan melalui Kelurahan, nenek Waa’i selalu mendapat bantuan tersebut. “Setiap ada bantuan pasti dikasih. Kalau bukan dari Dinsos, dari Baznas,” tandasnya. (adm)
Sumber : Inilahsultra