BAUBAU, Rubriksultra.com – Pada Juli 2018 Kota Baubau mengalami inflasi sebesar 1,20 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 138,20. Kota pemilik benteng terluas di dunia ini, masuk katagori daerah inflasi tertinggi kedua di Indonesia setelah Kota Sorong, Provinsi Papua.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Baubau, Sudirman menjelaskan tingginya inflasi di Kota Baubau disebabkan adanya peningkatan IHK yang signifikan pada hampir semua indeks kelompok pengeluaran, kecuali kelompok pengeluaran kesehatan yang justru mengalami deflasi sebesar 1,52 persen.
“Sudah tiga bulan berturut-turut kita inflasi. Penyebab inflasi di Kota Baubau disebabkan tingginya permintaan masyarakat,” ungkapnya saat rapat perkembangan IHK/INflasi bulanan BPS , Rabu 1 Agustus 2018.
Sumbangan terbesar terjadinya inflasi di Kota Baubau bersumber dari angkutan udara, tomat sayur, ikan cakalang/sisik, tarif pulsa ponsel, kacang panjang, ikan layang/benggol, ikan bandeng, cabai rawit, bayam dan terong panjang.
Sedangkan penyumbang terbesar deflasi du katagori hasil laut jenis cumi-cumi, ikan kembung/gembung/banyar/gembolo/aso-aso, ikan baronang, ikan bubara, pisang, parfum, gula pasir, pasta gigi, baju muslim dan shampoo.
Dari 11 kota di Sulawesi, hanya Kota Manado saja yang mengalami deflasi sebesar 0,68 persen. Sedangkan 10 Kota lainnya mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi di Kota Baubau, dan inflasi terendah di Kotw Gorontalo dan Mamuju sebesar 0,14 persen.
Khusus 82 kota IHK, terdapat 14 kota yang mengalami deflasi dengan tingkat deflasi terbesar terjadi di Kota Ambon dengan nilai 1,45 persen, dan deflasi terkecil terjadi di Kota Palembang sebesar 0,01 persen.
Sedangkan pada 68 Kota IHK lainnya mengalami inflasi dengan tibgkat inflasi tertinggi terjadi di Kota Sorong dengan nilai 1,47 persen, dan inflasi terendah terjadi di Kota Depok, Kota Bayuwangi dan Kota Surabaya yakni sebesar 0,03 persen. (adm)
Laporan : Dewi
Editor : La Ode Aswarlin