Pelayanan RSUD Buton Utara Buruk, Polisi Dibuat Kelimpungan

BURANGA, Rubriksultra.com – Buruknya pelayanan di RSUD Buton Utara sampai juga di telinga Wakil Bupati Buton Utara, Ramadio. Saat peristiwa gantung diri seorang warga Desa Bone Rombo Kecamatan Kulisusu, aparat kepolisian kelimpungan mencari dokter untuk melakukan visum.

Kapolsek Kulisusu Kompol Ahali dibuat repot oleh pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Butur karena terkesan tak mau membantu. Terpaksa, Ahali harus menelpon Wakil Bupati Butur Ramadio meminta bantuan.

- Advertisement -

Ketua DPD II Partai Golkar Butur itu harus turun ke RSUD Butur untuk memastikan pelayanan di rumah sakit berjalan maksimal.

“Soal pelayanan kesehatan kami sering sampaikan pada dinas kesehatan dan ini menjadi komitmen kami. Hanya parahnya SKPD tidak mampu jabarkan,” ungkap Wakil Bupati Butur, Ramadio, Kamis 6 September 2018.

Sebelum menghubungi wakil bupati, aparat Polsek Kulisusu sempat meminta bantuan kepada Direktur RSUD Butur dr Sumardin. Sayangnya komunikasi berlangsung buntu.

“Kita ke rumahnya, minta tolong agar dokter ke kediaman korban tapi tidak ada respon. Kepala rumah sakit bilang disana (Bone Rombo) bukan wilayahnya. Karena disana ada Puskesmas Rombo. Di Puskesmas juga tidak ada dokter,” ungkap salah seorang anggota Polsek Kulisusu.

“Bahkan kita mengumpamakan. Ketika ada orang dari Buton Utara melapor ke Polres Muna, tidak mungkin di tolak. Karena Polsek Kulisusu merupakan bagian dari Polres Muna. Sama dengan RSUD Butur dengan Puskesmas Rombo,” kesal salah seorang polisi.

Parahnya, ketika sejumlah polisi meminta bantuan kendaraan jenazah agar bisa mengantar korban ke UGD rumah sakit, juga tidak mendapat respon. Makanya, sejumlah polisi kebingungan. Padahal, visum merupakan salah satu standar operasional ketika ditemukan mayat meninggal tidak wajar. Sekalipun pihak keluarga tidak keberatan dengan kematian korban.

Baca Juga :  Kery dan AMAN Harmonis

Setelah lama kebingungan, Kapolsek Kulisusu Kompol Ahali menelpon Wakil Bupati Butur, Ramadio. Itupun dilakukan sudah sangat terpaksa karena korban harus divisum secepatnya agar bisa dimakamkan oleh pihak keluarga.

Cukup lama menunggu, sebuah ambulance datang untuk membawa korban ke RSUD. Parahnya, mobil ambulance tiba dan kehabisan bahan bakar. Terpaksa, bahan bakar diisi secara eceran. Itupun biaya bahan bakar jadi tanggungan kepala desa. (adm)

 

Peliput : Ilham
Editor : La Ode Aswarlin

Facebook Comments