BURANGA, Rubriksultra.com – Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Buton Utara (Butur) dr Kasrul mengakui, Butur saat ini mengalami krisis dokter. Penutupan pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) beberapa hari karena RSU Butur tak punya dokter umum.
Meski begitu, Kasrul sangat menyayangkan penutupan pelayanan IGD yang seharusnya tidak terjadi.
“Saya sayangkan, kenapa IGD tutup. Harusnya terima saja pasien, kan ada dokter spesialis. Bisa juga melayani. Jelasnya tidak boleh tutup,” cetus Kasrul di kantornya, Rabu 9 Januari 2019.
Makanya, Kasrul juga tidak menampik jika tindakan manajemen rumah sakit menutup IGD adalah tindakan yang keliru.
Kasrul mengaku tidak mengetahui siapa yang berani memberikan perintah untuk menutup pelayanan pada IGD. Pasalnya, pelayanan IGD tidak boleh berhenti selama 1×24 jam. Sekalipun poli yang ada di rumah sakit harus tutup.
“Yang jelasnya saya tidak tau siapa yang berani mengambil tindakan menutup IGD itu. Kalau saya secara pribadi, rumah sakit salah karena menutup pelayanan IGD,” nilai Kasrul.
Sebenarnya, lanjut Kasrul, dokter umum yang ada di RSU Butur sebanyak 3 orang. Ketiganya adalah dr Forta, dr Elisabet, dan dr Sumardin. Namun beberapa dokter berhalangan dengan alasan berbeda-beda.
“Dokter Forta saat ini berada diluar daerah. Anaknya sakit. Kemudian dokter Elisabet lulus pada pendidikan spesialis. Sekarang berada di Bandung dalam rangka konfirmasi. Otomatis yang ada hanya dokter Sumardin (Kepala RSU),” rinci Kasrul.
Idealnya, terang Kasrul, untuk rumah sakit harus memiliki 4 orang dokter umum. Pasalnya, pelayanan IGD tidak bisa berhenti.
“Kalau hanya satu, mati. Karena harus berjaga 1×24 jam. Tidak istirahat,” paparnya.
Memang, tambah Kasrul, persoalan yang dihadapi sekarang adalah stok dokter tidak ada. Sehingga, untuk membackup pelayanab IGD di RSU Butur, Dinkes menarik dokter Puskesmas.
“Yang ada hanya dokter Suhalino,” urainya.
Menurut Kasrul, Puskesmas Kulisusu yang terdekat dari RSU Butur, saat ini tak punya dokter. Sebelumnya, ada dua dokter pada Puskesmas ini. Namun keduanya mundur karena lulus sebagai PNS sehingga menunggu penempatan.
“Termasuk puskesmas Bone Rombo, kosong juga. Dokternya menunggu penempatan selanjutnya,” paparnya.
“Jadi solusinya kita mau ambil dokter dimana. Seharusnya, biar dokter spesialis bisa berjaga di IGD,” tambahnya.
Kasrul menyatakan, sudah berusaha mencari dokter agar pelayanan di RSU Butur tetap berjalan normal. Solusinya, dokter-dokter yang sudah dinyatakan lulus PNS di Butur agar secepatnya ditempatkan.
“Makanya saya akan komunikasi dengan BKPSDM (Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia) supaya dokter yang lulus PNS ditempatkan secepatnya,” ujarnya. (adm)