Bangun Gapura Islami, Entitas Masyarakat Buteng yang Religius

Ketgam : Bupati Buteng saat memantau langsung pembangunan gapura islami sebagai entitas masyarakat Buteng.

LABUNGKARI, Rubriksultra.com – Bupati Buton Tengah (Buteng), H. Samahuddin mengatakan Buteng adalah lumbung para ulama. Negeri dengan masyarakat yang agamis.

Nuansa Islam masih sangat kental dalam sendi kehidupan masyarakat disana. Olehnya, sebagai pemimpin daerah, H. Samahuddin ingin menonjolkan nuansa Islam sebagai entitas masyarakatnya.

- Advertisement -

Salah satunya dengan membangun gapura Islami tepat dipintu masuk negeri seribu gua ini. Gapura islami yang dibangun dibilangan Wamengoli ini menjadi simbol bahwa pengunjung telah menginjakkan kaki di tanah Buteng yang agamis.

“Gapura ini sekaligus menjadi simbol entitas daerah, wajah Buteng. Kenapa saya bangun gapura islami ini?. Sebab Buteng ini punya banyak ulama, masyarakatnya selalu menjunjung tinggi nilai-nilai islam. Itulah alasan gapura ini dibangun bernuansa Islam,” kata H. Samahuddin.

La Ramo sapaan akran H. Samahuddin menjelaskan pembangunan gapura Islami itu sudah dimulai pada 2018 lalu. Penganggaran pembangunan bersumber dari APBD Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Dana yang dialokasikan berjumlah Rp 7 miliar. Anggaran ini dikucurkan secara bertahap.

Ia memastikan gapura islami ini akan rampung pada 2019 ini. Khusus tahap finishing, pemerintah Kabupaten Buteng juga ikut menganggarkan dalam APBD senilai Rp 2 miliar.

“Jadi ini adalah bentuk kerjasama dan hasil koordinasi yang apik antara pemerintah provinsi dan kabupaten. Istilahnya ada sharing antara keduanya,” katanya.

Gapura Islami ini telah berdiri kokoh dan menjulang setinggi 10 meter dengan lebar 20 meter. Sisi kiri dan kanan gapura dalam tahap finishing ini akan dibangun menyerupai kubah masjid berdiameter tiga meter dan diselipkan rumah adat Buton dibagian tengahnya.

Jalan menuju gerbang akan dibuat dua jalur. Lebar masing-masing tujuh meter dan dilengkapi air mancur.

Samahuddin mengaku grand desain gapura islami memiliki filofosi tersendiri. Filosofinya tak lain merupakan rangkaian tanggal, bulan dan tahun pemekaran Kabupaten Buton Tengah itu sendiri.

Baca Juga :  Bantuan Atasi Corona di Sultra Terus Berdatangan

“Khan Buteng mekar, 24 Juli 2014. Lebar gerbang 20 meter, lebar jalan dua jalur masing-masing 7 meter sehingga bila ditambahkan sama dengan 14, yang berarti bulan 7 atau Juli 2014,” tandasnya.

Sejahteraka Guru Ngaji dan Perangkat Masjid

Komitmen pemerintah Kabupaten Buton Tengah (Buteng) dalam menjunjung nilai-nilai islam tak hanya tertuang dalam simbol belaka seperti pembangunan gapura islami. Namun lebih dari itu, kelestarian dan peningkatan kecakapan generasi muda yang berakhlak mulia terus digalakkan.

Ketgam : Masyarakat antusias menyalami Bupati Buteng, H. Samahuddin saat melakukan safari ramadan disalah satu masjid di Kabupaten Buteng.
Ketgam : Masyarakat antusias menyalami Bupati Buteng, H. Samahuddin saat melakukan safari ramadan disalah satu masjid di Kabupaten Buteng.

Langkah yang dilakukan yakni dengan mensejahterakan guru ngaji dan perangkat masjid. Setiap tahunnya, kedua unsur penting tonggak berdirinya nilai-nilai islam ini mendapat perhatian penuh.

Bahkan, Pemkab Buteng telah membuat Peraturan Daerah (Perda) mengenai pemberian insentif bagi guru ngaji dan perangkat masjid ini. Dengan lahirnya Perda maka langkah besar pemda telah terpayungi.

Kabag Kesra Setda Buteng, La Ode Abdullah mengatakan, insentif guru ngaji disatukan dengan perangkat masjid. Insentif ini dianggarkan langsung dalam APBD 2019 senilai Rp 1,2 miliar.

Besaran intensif untuk guru ngaji dan perangkat mesjid ini beragam. Mulai dari Rp 500 hingga Rp 600 ribu perbulan tergantung tingkatan tugas.

“Pemberian gaji tersebut diberikan per tiga bulan. Kita harapkan instensif ini bisa bermanfaat bagi para pengurus- pengurus mesjid. Anggaran ini digelontorkan untuk mesjid yang ada dikelurahan, sementara untuk desa sudah dianggarkan melalui dana desa,” katanya. (adv)

Facebook Comments