BAUBAU, Rubriksultra.com- Kepala Karantina Pertanian Kendari, LM Mastari menilai pelabuhan Murhum, Kota Baubau dapat menjelma menjadi pelabuhan ekspor kedepan. Olehnya, diperlukan dukungan dari pemerintah daerah untuk mewujudkan mimpi itu.
Penilaian LM. Mastari bukan tanpa alasan. Menurutnya, pelabuhan Murhum yang ada di Kota Baubau tepat berada pada jantung jalur transportasi wilayah barat dan timur Indonesia.
Selain itu, wilayah Kota Baubau yang strategis juga menjadi sentral dari wilayah Sultra kepulauan. Dimana dari tiap daerah memiliki potensi produk pertanian yang ditunjang dengan wilayah yang besar.
“Asal komoditas unggulan wilayah Kepulauan Sulawesi Tenggara itu berasal dari sembilan kabupaten/kota, masing-masing Baubau, Buton, Buton Selatan, Buton Tengah, Muna, Muna Barat, Wakatobi, Buton Utara dan Konawe Kepulauan. Dengan potensi produk dan wilayah yang besar, diharapkan kedepan pelabuhan Murhum di Baubau dapat menjadi pelabuhan ekspor,” kata LM Mastari di Baubau, Kamis 20 Juni 2019.
Beberapa komoditas unggulan di Sultra kepulauan saat ini sudah menembus pasar global atau internasional. Salah satunya tepung kelapa asal Sultra kepulauan yang sudah menembus pasar Dubai.
Namun sayang, potensi ekspor ini belum bisa langsung dilakukan di Sultra. Melainkan masih melalui Makassar dan Surabaya.
Ia merinci beberapa komoditas yang diekspor tidak langsung melalui Makassar dan Surabaya tersebut selama tahun 2018. Diantaranya kopra dengan total 45.049, 8 ton per tahun, kakao total 4.567,2 ton per tahun, kacang mete mede sebanyak 7.851 ton per tahun, jagung sebanyak 3.957,6 ton per tahun dan cengkeh sebanyak 3.043,9 ton per tahun.
Ia juga menyampaikan data eksportasi komoditas pertanian dari sistem otomasi perkarantinaan (IQFAST). Saat ini komoditas yang dapat diekspor langsung adalah kakao dalam bentuk setengah jadi, yakni tepung, cacao butter produk milik PT Kalla ini yang telah diekspor sebanyak 360 ton ke Belanda di tahun 2018, dan tren meningkat sampai dengan Juni 2019 telah mencapai 240 ton dengan tujuan ekspor Belanda dan Jerman. (adm)
Penulis : Sukri Arianto