Festival Budaya Tua Buton Dipastikan Makin Semarak

Wisatawan asing menari bersama penari kolosal dalam Festival Budaya Tua Buton. (Foto Dok)

PASARWAJO, Rubriksultra.com- Ada yang berbeda dalam penyelenggaraan Festival Pesona Budaya Tua Buton 2019. Festival yang sudah masuk dalam agenda nasional ini dipastikan semakin semarak dan beragam.

Pasalnya, selain menyuguhkan ritual yang sudah ada, seperti ritual Pekandea-kandea, Posuo, Tandaki dan Pedhole-dhole serta tari Kolosal dengan ribuan penari, pemerintah Kabupaten Buton juga akan menyisipkan satu kegiatan tambahan. Kegiatan itu yakni pemilihan La Oti dan Wa Oti.

- Advertisement -

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buton, La Ode Zainudin Napa yang didampingi Sekretaris Dinas Kominfo dan Persandian Kabupaten Buton, Alimuddin Matu mengatakan, Festival Budaya Tua Buton sudah masuk dalam agenda nasional. Olehnya, festival ini akan digelar setiap tahunnya untuk mendorong kemajuan pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Buton.

“Nah, untuk tahun ini ada kegiatan tambahan yang kita coba suguhkan, yakni pemilihan La Oti dan Wa Oti. Pemilihan ini untuk menghasilkan duta pariwisata Buton yang mempunyai wawasan luas baik kepariwisataan, kebudayaan maupun wawasan secara umum yang diharapkan turut mendongkrak angka kunjungan wisatawan ke Buton,” katanya.

La Ode Zainudin Napa menjelaskan, La Oti dan Wa Oti hasil pemilihan akan menjadi ikon pariwisata Buton. Mereka juga nantinya akan mewakili Buton di ajang pemilihan duta pariwisata tingkat provinsi atau pusat.

Ia merinci terdapat empat kategori penilaian pada pemilihan La Oti dan Wa Oti nantinya. Pertama harus berpenampilan menarik, cantik, bersih dan pandai merawat diri serta harus memiliki kecerdasan dan minat belajar tinggi.

“Lalu memiliki emosi yang berkaitan dengan kemampuan berinteraksi dengan orang lain, berkepribadian luhur, memiliki etika dan peduli sesama. Terakhir, La Oti dan Wa Oti juga harus menguasai bahasa Buton dan bahasa asing,” urai Zainuudin Nappa.

Baca Juga :  Perbakin Buton Bidik Dua Emas

Peserta pemilihan bisa dari kalangan SMA sederajat, perguruan tinggi, utusan kecamatan dan kalangan umum. Usia minimal 15 tahun dan maksimal 24 tahun dengan tinggi badan minimal 157 cm untuk Wa Oti dan 168 cm untuk La Oti.

“Adapun pakaian yang akan dikenakan adalah pakaian khas Buton. Wa Oti mengenakan pakaian Kabubua, sedang La Oti mengenakan Ajo Bhantea,” pungkasnya. (adm)

Penulis : Afrizal Kasim

Facebook Comments