LABUNGKARI, Rubriksultra.com- Pengelolaan pariwisata menjadi salah satu misi Bupati dan Wakil Bupati Buton Tengah (Buteng), H. Samahuddin-La Ntau untuk dikembangkan. Hal ini berbanding lurus dengan kekayaan potensi pariwisata Buteng baik kekayaan alam hingga budaya dan adat istiadat masyarakat setempat.
Bupati Buteng, H. Samahuddin merinci beberapa potensi pariwisata yang dimiliki. Salah satunya potensi pantai yang menyimpan keindahan yang tidak kalah dengan pantai dibeberapa daerah di Sultra bahkan daerah lain di Indonesia.
“Buteng punya pantai Mutiara. Disana sangat indah, pengunjung bisa sampai puluhan ribu apalagi saat lebaran. Ini terus kita kembangkan, baik itu mengenai akses maupun kenyamanan bagi pengunjung,” kata H. Samahuddin kepada Rubriksultra.com belum lama ini.
H. Samahuddin percaya bila sektor pariwisata akan berkembang bila keamanan dan kenyamanan terjamin. Olehnya, Ia akan mengeluarkan kebijakan agar tidak ada aktifitas minum minuman keras (miras) dalam objek wisata.
Lahan parkir dalam objek wisata juga akan menjadi perhatian pemerintah daerah. Itu penting agar tidak terjadi kesemrawutan dalam kawasan.
Selain potensi pantai, kata dia, Buteng juga dikenal dengan nama negeri seribu gua. Nama ini, akunya, wajar dan masuk akal disematkan sebab keberadaan gua itu memang benar adanya.
Salah satu gua yang menjadi kebanggaan, jelas orang nomor satu di Buteng ini, adalah gua Loba-loba. Gua yang diakses dari laut ini menyimpan keindahan yang tiada tara.
Tak heran bila dunia internasional menjadikan gua di Buteng ini sebagai salah satu lokasi petualang bagi peselam profesional bersertifikasi khusus selam dalam gua. Tercatat pada 2018, terdapat lebih dari 100 wisatawan mancanegara menjajal keindahan gua Loba-loba ini.
“Artinya potensi pariwisata kita cukup bagus karena sudah mulai dilirik. Banyak hari ini penyelam dari china pernah masuk, Korea, Singapura, Thailand bahkan negara eropa seperti perancis,” katanya.
Buteng juga, kata dia, memiliki danau yang cukup indah. Menariknya ada tiga rasa air didalamnya, yakni tawar, payau dan asin.
“Air danau ini dibagian atasnya tawar, ditengah payau atau hambar dan semakin kedalam rasanya semakin asin. Disitu keunikan danau yang kita miliki,” katanya.
Selain kekayaan alam, sisi budaya dan adat istiadat masyarakat setempat juga cukup kaya dan beragam. Ragam atraksi budaya seperti Festival Pekande-kandea dan Festival Budaya Bongka’a Ta’u Rumpun Bombonawulu akan terus dilestarikan.
Pelestarian budaya ini selain sebagai identitas daerah juga bisa dikemas sebagai paket pariwisata yang bisa dipromosikan kepada wisatawan. Tentunya harus dikemas secara baik dan terjadwal.
Pun demikian, H. Samahuddin mengaku masih banyak hal disektor pariwisata yang harus dipenuhi ketersediaannya. Hal inipun terus menjadi perhatian pihaknya untuk terus menggenjot pariwisata Buteng agar setara dengan destinasi pariwisata di Sultra bahkan nasional.
Dorong Masyarakat Ikut Kembangkan Pariwisata Daerah
Pengembangan pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi termasuk penurunan angka kemiskinan dan pengangguran. Atas tujuan ini, pemerintah Kabupaten Buteng mendorong sektor pariwisata agar ikut dikembangkan masyarakat setempat.
Plt Kepala Dinas Pariwisata Buteng, Safrin menjelaskan, terdapat empat unsur dalam pengembangan pariwisata. Diantaranya, aksesibilitas, amenitas dan atraksi atau sering disebut 3A, ditambah kelembagaan dan pengembangan sumber daya manusia.
Aksesibilitas adalah akses yang tersedia menuju destinasi. Akses ini dalam dua tahun terkahir menjadi prioritas pembangunan infrastruktur Bupati dan Wakil Bupati, Samahuddin-La Ntau.
Lalu amenitas atau fasilitas pariwisata yang dikelola publik atau masyarakat yang berkorelasi dengan kebutuhan berwisata. Misalnya hotel, akomodasi dan rumah makan.
“Amenitas ini bisa dilakukan pemda maupun swasta. Tapi besar harapan kita diagar dikelola masyarakat, itu yang kita dorong. Hasilnya sudah ada beberapa hotel yang dibangun masyarakat seperti findi hotel yang bisa memberi nilai tambah pariwisata dan ekonomi masyarakat tentunya,” katanya.
Selanjutnya dari sisi atraksi baik alam maupun budaya terus didorong. Misalnya pengadaan event tingkat masyarakat maupun pemerintah.
“Event ini masih kita selami semua untuk menyamakan persepsi, mendudukan bersama menjawab berbagai persoalan tradisi masyarakat supaya tertata dengan baik, mulai dari sisi pelaksanaan maupun waktu. Kita sudah targetkan menjadi sebuah kalender event. seperti festival budaya Bombonawulu dan kandea-kendea yang setiap tahun yang dilaksanakan,” katanya.
Dari sisi kelembagaan, Pemkab Buteng telah membentuk beberapa asosiasi misalnya pramuwisata. Begitu pula dari sisi pengembangan SDM telah digelar pelatihan hotel, home stay, dan guide.
“Tahun ini juga kita dikucurkan bantuan melalui DAK non fisik pelayanan kepariwisataan untuk melakukan pelatihan. Diantaranya selam, tata kelola destinasi, manajemen home tay dan guide. Semua sudah kita lakukan dengan target 160 peserta,” katanya.
Ia berharap besar, dorongan dari pemerintah daerah ini bisa dimaksimalkan masyarakat untuk terus mengembangan dirinya. Sebab pengembagan SDM, masyarakat industri seperti hotel dan rumah makan dan peluang investasi menjadi tantangan berat pengembangan pariwisata.
“Makanya pengembangan pariwisata itu harus lintas sektor dan membutuhkan lintas ilmu. Kita berharap mereka ini (masyarakat yang dilatih) tidak tinggal diam, kita juga akan pantau terus pengembangannya,” katanya. (***)