KENDARI, Rubriksultra.com- Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto mengecek kesiapan perayaan pesta pertanian Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-39 yang dipusatkan di Desa Puudambu, Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan dan Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Selasa 29 Oktober 2019.
“Pantia daerah dan pusat sudah melakukan rapat pemantapan. Dari pengecekan, persiapan HPS sudah mencapai 99 persen, baik dari kesiapan lokasi maupun kesiapan pelaksanaan kegiatan,” kata Prihasto Setyanto berdasarkan rilis Diskominfo Sultra yang diterima redaksi Rubriksultra.com.
Kata dia, peserta dari berbagai daerah yang sudah konfirmasi hadir kurang lebih 2.500 orang yang terdiri dari 34 provinsi. 15 diantaranya adalah gubernur, tiga wakil gubernur, 57 bupati dan wali kota yang hadir bersama para petugas KTNA serta petani dari wilayah masing-masing.
Selain itu, kegiatan ini akan dihadiri oleh 14 duta besar negara sahabat. Termasuk enam organisasi internasional yang akan dirangkaikan dengan acara Diplomatic Tour dengan melaksanakan kunjungan lapangan ke Desa Labela, Kecamatan Besilutu, Kabupaten Konawe.
“Tentunya ini menjadi kebanggaan dan penghargaan bagi masyarakat Sultra untuk menjadi tuan rumah pelaksanaan HPS ke 39. Oleh karena itu, mari kita bahu membahu menyukseskan acara ini,” pintanya.
HPS kali ini mengusung dua tema sekaligus. Yakni tema internasional “Our Actions are Our Future, Healthy Diets for #Zero Hunger World” dan tema nasional “Teknologi Industri Pertanian dan Pangan Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045.
Tema yang diusung tentunya sejalan dengan strategi pembangunan di sektor pertanian di Kementrian Pertanian 2015-2019. Menjadikan pangan sebagai basis produksi dan ekspor melalui penyediaan bahan baku bio industri.
Perayaan HPS tahun ini juga merupakan momentum terbaik, karena tidak hanya diperingati oleh Indonesia. Namun juga seluruh anggota PBB ikut berpartisipasi dan pendiri Food and Agriculture Organization (FAO).
Pada puncak HPS yang akan dilaksanakan pada 2 November 2019 mendatang akan menampilkan komoditas utama yaitu kakao dan sagu.
Kata Prihasto Setyanto, Indonesia memiliki Kakao seluas 1,7 juta hektare. Khusus daerah Sulawesi ada satu juta hektare.
“Di Sultra sendiri ada kurang lebih 260 ribu hektare tapi produktivitasnya masih rendah. Ini tentu menjadi tantangan kita untuk menerapkan teknologi meningkatkan produktivitasnya,” ungkapnya.
Selain kakao, HPS kali ini juga akan menjadi momentum kebangkitan sagu sebagai komoditas sumber karbohidrat pangan alternatif masa depan. Apalagi sagu merupakan tanaman yang tahan terhadap perubahan iklim, berbeda dengan tanaman sumber pangan lainnya yang mudah terpengaruh perubahan iklim, sehingga kebutuhan akan pangan utama bisa diperoleh dari komoditas ini.
“Kita perlu perhatikan teknologi pasca panennya karena sagu sangat potensial. Sagu yang ada di Papua, Maluku, Sumatera dan Kalimantan itu luar biasa. Kita kaya akan aneka macam panganan sagu. Buanglah mindset bahwa sagu hanya menjadi masakan orang timur, tapi sagu adalah kearifan lokal yang kita miliki,” katanya.
Dikatakan, bicara lumbung pangan dunia jangan hanya berbicara beras. Masih banyak komoditas lainnya seperti sagu, ubi, jagung bahkan sukun.
Khusus komoditas saagu ini dalam acara HPS nanti akan disajikan dalam berbagai jenis olahan panganan. Dari berbagai segi kesehatan, sagu lebih baik dari nasi.
Di lokasi acara puncak pelaksanaan HPS, juga akan digelar teknologi yang tentunya bisa menjadi referensi bagi para petani mengembangkan teknologi tepat guna. Selain itu, terdapat rangkaian kegiatan berupa seminar, temu bisnis, pameran dan aneka lomba yang berguna bagi petani dan masyarakat umum.
Ditambah lagi kegiatan festival pangan lokal yang menampilkan produk komersial yang berbahan baku pangan lokal dari 34 provinsi di seluruh Indonesia. Tujuannya untuk menumbuhkan kreatifitas dan inovasi dalam membuat olahan pangan lokal yang menarik, bercita rasa tinggi, bernilai gizi, dan bernilai ekonomis kepada masyarakat.
Untuk itu, Prihasto Setyanto berharap agar pelaksanaan HPS ini dapat digunakan sebagai ajang promosi sarana produksi, benih, sarana pengendalian OPT ramah lingkungan, alat dan mesin pertanian, aneka teknologi terkini beserta produk segar dan olahannya.
Juga sebagai sarana bersatunya semua pemangku kepentingan termasuk pelaku usaha pertanian untuk bersama-sama meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor serta peningkatan kesejahteraan petani. (adm)