LABUNGKARI, Rubriksultra.com- Nilai-nilai budaya leluhur hingga kini masih dipegang teguh masyarakat Buton Tengah (Buteng) sebagai landasan dan pedoman hidup. Nilai ini oleh pemerintah dibawah komando Bupati Buteng, H. Samahuddin dan Wakil Bupati Buteng, La Ntau terus dilestarikan.
Sejak dilantik pada 22 Mei 2017 lalu, segala kegiatan budaya oleh masyarakat mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah. Khususnya kegiatan budaya seperti festival budaya Bongkaa Ta’u Rumpun Bombonawulu, festival Pekakande-kandea Desa Tolandona dan beberapa festival budaya lainnya yang rutin digelar setiap tahunnya.
“Buteng itu sarat akan budaya. Berbagai adat istiadat dan budaya itu sudah ada sejak dulu yang merupakan peninggalan leluhur kita. Tentu seluruh nilai ini akan terus kita lestarikan dari generasi ke generasi berikutnya,” kata Bupati Buteng, H. Samahuddin.
Selain festival budaya, komitmen pemerintah dalam melestarikan peninggalan leluhur berupa pemugaran situs budaya dan rehabilitasi rumah adat terus dilakukan. Komitmen ini dituangkan dalam bentuk bantuan rehabilitasi melalui APBD.
Beberapa rumah adat yang berhasil direhabilitasi berdasarkan data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Buteng yakni berada di Desa Napa dan Lalibo. Rehabilitasi kedua rumah adat ini menggunakan anggaran APBD 2018.
Pada 2019, rehabilitasi rumah adat kembali dianggarkan. Tepatnya berada di Desa Wasilomata dan Desa Kancebungi.
Selain menggunakan APBD, pemkab Buteng juga berhasil mendatangkan anggaran rehabilitasi dua rumah adat di Sangia Wambulu dan Desa Watorumbe dari pemerintah pusat melalui APBN. Kedua rumah adat ini langsung dikelola masyarakat setempat karena menggunakan sistem swadaya.
Orang nomor satu di Buteng ini menjelaskan, keberadaan rumah adat bagi masyarakat sangatlah penting. Disamping sebagai tempat musyawarah, rumah adat juga digunakan untuk ritual budaya setempat.
“Kenapa pelestarian rumah adat ini penting kita lakukan?, karena disana ada unsur budaya yang harus kita lestarikan sebagai peninggalan leluhur. Apalagi masyarakat di Buteng ini memang masih kental adatnya, makanya itu kita renovasi, kita perbaiki agar adat dan budaya kita tetap bisa dipertahankan kelestariannya,” katanya.
Selain itu, tujuan pemerintah daerah memugar rumah-rumah adat itu juga untuk pengembangan wisata. La Ramo sapaan akrab H. Samahuddin ini meyakini wisata yang paling diminati wisatawan mancanegara saat ini adalah wisata budaya.
“Ini kita coba akselerasikan, tentunya semua ini harus dikoordinasikan antar sektor, mulai dari Dinas PU untuk infrastrukturnya, Dinas Pariwisata dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan beberapa sektor lainnya,” katanya.
Amankan Tiket Gaet Anggaran Pusat
Pemerintah Kabupaten Buton Tengah (Buteng) berhasil menyusun dokumen pokok-pokok pikiran kebudayaan daerah tahun 2019. Dokumen ini menjadi tiket berharga untuk mendatangkan bantuan anggaran dari pemerintah pusat melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) kebudayaan.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Buteng, Abdullah mengatakan, dokumen pokok pikiran ini merupakan prasyarat yang diberikan pemerintah pusat untuk mendapatkan DAK kebudayaan. Penyusunannya harus melibatkan tim ahli.
“Alhamdulillah dokumen ini sudah tuntas. Makanya saya optimis pada 2020 mendatang kita akan mendapat bantuan DAK kebudayaan ini karena kita sudah punya tiket berupa dokumen itu,” katanya.
Kata dia, desain program kebudayaan dalam dokumen ini selama 20 tahun. Dalam dokumen sudah termuat program pelestarian cagar budaya, revitalisasi benteng, rumah adat, hingga olahraga tradisional.
“Termasuk pembangunan akses jalan menuju situs-situs budaya itu dianggarkan,” katanya.
Abdullah mengatakan, selain melibatkan tim ahli, pihaknya juga melibatkan seluruh tokoh masyarakat dan tokoh budaya. Hal itu penting untuk mengidentifikasi budaya setempat, situs benteng, hingga jenis olahraga tradisional.
Ia merinci beberapa situs benteng yang berhasil diidentifikasi yakni, benteng Lakudo, benteng Bombonawulu, benteng di Gumanano, benteng Lasaidewa, dan benteng Wasilomata.
“Ini masuk dalam usulan dokumen untuk pemeliharaannya. Termasuk membukukan sejarah dari situs-situs ini,” katanya.
Dikatakan, baru dua daerah di Sultra yang berhasil menyusun dokumen pokok pikiran kebudayaan ini. Yakni Kabupaten Buteng dan Muna Barat.
“Makanya saya sangat optimis, kita akan mendapatkan anggaran DAK kebudayaan itu. Khan tiket sudah kita pegang,” katanya. (adv)