BAUBAU, Rubriksultra.com- Peringatan Hari Pahlawan ke-74 bagi masyarakat Sultra umumnya dan Baubau khususnya dirasa begitu spesial.
Pasalnya, salah satu tokoh asal Sultra, almarhum Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi (Oputa Yi Koo) resmi dinobatkan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden RI, Joko Widodo pada 7 November 2019.
Ternyata, perjuangan usulan Sultan Buton ke-20 ini menjadi pahlawan nasional begitu panjang. Bahkan usulan sang sultan yang bernama asli La Karambau ini sudah ditempuh sejak 17 tahun yang lalu.
“Tidak mudah, 17 tahun kita menanti. Akhirnya perjuangan kita tidak sia-sia. Ini patut kita syukuri,” kata Wali Kota Baubau, Dr AS Tamrin saat memberikan amanat upacara Hari Pahlawan di halaman kantor Wali Kota Baubau, Minggu 10 Novemmber 2019.
Kata dia, masyarakat Sultra dan Buton khususnya juga patut berbangga. Sebab ada 60 tokoh yang diusulkan menjadi pahlawan nasional namun tak semuanya lolos.
Dari jumlah itu, hanya ada enam tokoh yang berhasil diakui. Salah satunya almarhum Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi (Oputa Yi Koo), tokoh asal Sultra.
Sedang lima tokoh lainnya, yakni tokoh asal Minangkabau Roehana Koeddoes, dua tokoh asal Yogyakarta Sardjito dan Abdul Kahar Muzakir (Anggota BPUPKI), tokoh Jawa Timur KH Maskur (BPUPKI) dan tokoh asal Manado Alexander Andries (AA) Maramis.
“Tentu saja hal ini menjadi berkah karena kita mengurusnya dengan tulus dan ikhlas. Masyarakat juga sebagian besar mendambakan pengakuan pemerintah agar warga dan tokoh kita ada yang diberi gelar sebagai pahlawan nasional,” katanya.
Pun demikian, orang nomor satu di Baubau ini tak menampik ada sebagian masyarakat yang menyoal gelar ini. Hal itu banyak ditemukan di media sosial.
“Saya ikuti perkembangannya di medsos. Janganlah kita menyoal hal-hal begini, tidak mungkin diberikan kalau tidak pantas,” katanya.
Ia pun mengajak masyarakat yang ingin berdiskusi untuk langsung ke Rujab Wali Kota. Ia menyatakan siap menerima aspirasi untuk didiskusikan bersama.
“Kalau ingin berdiskusi, datanglah di rujab. Gunakanlah medsos untuk tujuan yang positif. Bagus itu medsos, asal jangan yang sifatnya menyeret sesuatu. Saya ingin, kalau ada yang mempertanyakan, ketemu saya. Saya siap kok,” ajaknya.
Hal itu diperlukan agar kedepan pembangunan bisa lebih lancar. Ia yakin pembangunan akan lebih lancar karena ada adanya kekompakan dan tidak ada gontok-gontokan yang mengarah pada anarkisme.(adm)
Penulis : Sukri Arianto