BAUBAU, Rubriksultra.com- Museum Rekor Indonesia (MURI) tertarik dengan ritual Pekakande-kandea (Makan bersama) dalam rangkaian acara Festival Keraton Masyarakat Adat (FKMA) ASEAN ke-VI Polima. Pihak MURI bahkan turun langsung melihat kemungkinan apakah ada kepantasan penyematan penghargaan untuk ritual ini.
Wali Kota Baubau, Dr H AS Tamrin mengatakan, Pemkot Baubau selaku tuan rumah tidak salah membangun komunikasi dengan pihak MURI. Sebab ritual Pekakande-kandea FKMA ASEAN kali ini lebih unik dari sebelum-sebelumnya.
“Keunikan pertama yakni ritual kali ini mengelilingi benteng keraton Buton yang merupakan benteng terluas di dunia. Ada lebih dari 1.000 talam yang disiapkan mengelilingi benteng,” kata Dr H AS Tamrin usai ritual di baruga keraton Buton, Rabu 20 November 2019.
Selain itu, ritual Pekakande-kandea kali ini turut dihadiri oleh raja dan sultan se-nusantara. Termasuk negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Thailand, Filipina dan lainnya.
“Bahkan negara Rusia dan Korea juga ada. Ini yang membuat ritual kali ini lebih unik dan membuat pihak MURI tertarik untuk melihat kepantasan pemberian penghargaan,” katanya.
Orang nomor satu di Kota Baubau ini menjelaskan, ritual Pekakande-kandea merupakan suatu ritual budaya Buton yang memiliki banyak fungsi dan peran.
Disatu sisi merupakan media komunikasi silaturahim antara masyarakat. Disisi lain menjadi wadah mempererat persaudaraan yang sudah agak renggang menjadi rekat kembali.
“Tadinya belum kenal menjadi kenal, yang tadinya belum erat menjadi erat,” katanya.
Sebelum proses ritual Pekakande-kandea digelar, terlebih dulu digelar prosesi adat santiago dan ziarah makam ke makam Sultan Murhum yang merupakan Sultan Buton pertama di Negeri Khalifatul Khamis ini.
Setelah itu rombongan menuju makam Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi (Oputa Yi Koo) yang baru saja diberi gelar pahlawan nasional. Prosesi ini juga turut dihadiri pada raja dan sultan se-nusantara serta tamu undangan dari negara ASEAN. (adm)
Penulis : Sukri Arianto