WAKATOBI, Rubriksultra.com- Kesuksesan program Kesehatan Bersinar yang dicanangkan Bupati dan Wakil Bupati Wakatobi, H.Arhawi-Ilmiati Daud kini mulai dirasakan masyarakat.
Berbagai turunan program Kesehatan Bersinar hingga 2019 ini telah menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan.
Tentu saja hal ini tidak terlepas dari peran seluruh pegawai sesuai bidang masing-masing, utamanya dari Dinas Kesehatan Wakatobi yang dipimpin Muliadin. Termasuk keterlibatan seluruh komponen masyarakat dan pihak-pihak terkait.
Kepala Dinas Kesehatan Wakatobi, Muliadin menyatakan, program dan target pencapaian Dinas Kesehatan Wakatobi diantaranya berhasil menekan angka Kematian ibu dan bayi (AKI/AKB).
Keberhasilan program tersebut didukung penuh oleh pemerintah daerah dengan menyediakan rumah tunggu kelahiran, Jampersal, ambulance laut serta kemitraan bidan dan dukun.
Meskipun pencapaian ini belum mencapai target nasional, namun sejak pemerintahan H.Arhawi-Ilmiati Daud dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sehingga angka kematian ibu dan bayi dapat ditekan.
“Misalkan kesehatan keluarga (Kesga) tahun 2017 dimana angka kematian ibu itu berkisar 163 per 100 ribu Kelahiran Hidup (KH). Nah, pada 2028 angka ini dapat ditekan dengan capaian 172 per 100 ribu KH. Sedangkan target secara nasional mencapai 306 per 100 ribu KH,” katanya.
Begitu pula pencapaian dalam menekan angka kematian bayi. Pihaknya mencatat pada dari 3 per 1.000 KH pada 2017, dapat ditekan dengan capaian 4 per 1.000 KH pada 2018 dengan target secara nasional diangka 24 per 1.000 KH.
Program Kesehatan Bersinar lainnya yang berhasil ditekan yakni pencegahan stunting. Di Sultra, angka stunting berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskerda) tahun 2017 sebesar 36,4 persen dari jumlah balita.
Untuk Kabupaten Wakatobi, hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 sebesar 26,3 persen. Angka ini berada dibawah angka nasional, bahkan Kabupaten Wakatobi berada pada posisi paling rendah se-Sultra.
“Komitmen pemerintah untuk melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan stunting ini mendapat respon baik dari pemerintah pusat. Bahkan sudah ada penandatangan MoU dengan pemerintah pusat yang menjadikan Wakatobi sebagai salah satu lokus percepatan pencegahan dan penanggulangan stunting ini,” katanya.
Penyakit stunting ini biasanya menyerang balita. Dimana balita nampak pendek yang tidak sesuai umur dengan tinggi badan yang ditandai dengan menurunnya kecerdasan otak.
Untuk mencegah penyakit ini, Dinkes Wakatobi membangun rumah penjamin gizi disetiap titik yang telah ditentukan.
Program Dinkes Wakatobi lainnya yang berhasil sepanjang dua tahun terakhir yakni program imunisasi. Program ini untuk meningkatkan kekebalan tubuh pada bayi dengan imunisasi dasar lengkap.
Kegiatan lapangan yang dilaksanakan Dinkes Wakatobi berupa Posyandu Ulang Tahun dan Wisuda Imunisasi.
Untuk imunisasi dasar lengkap, Dinkes Wakatobi berhasil menekan dari 78,68 persen, Universal Child Immunization (UCI) Desa/Kelurahan sebesar 86.6 persen ditahun 2017 menjadi 77.9 persen, Universal Child Immunization (UCI) Desa/Kelurahan sebesar 83 persen ditahun 2018.
Program lainnya yakni penanganan penyakit Tuberkulosis (TBC). Untuk menekan jumlah penderita, Dinkes Wakatobi menerapkan sistem Temukan Obati Sampai Sembuh Tuberkulosis (TOSS TB) dengan melaksanakan gerakan satu desa satu Pos TB.
DAlhasil, dari data Dinkes Wakatobi, Case Notification Rate (CNR) seluruh kasus TB sepanjang 2017 yakni 101,69 per 100.000 penduduk dengan angka keberhasilan pengobatan (success) 78,05 persen berhasil ditekan pada 2018 dengan capaian 132 per 100.000 penduduk dengan angka keberhasilan pengobatan (success rate) 99 persen.
“Begitu pula Penyakit Tidak Menular (PTM). Dinkes Wakatobi senantiasa menerapkan pola pencegahan ketimbang pengobatan. Pola pencegahan dalam menekan penyakit ini, Dinkes Wakatobi dalam waktu-waktu tertentu mengimbau masyarakat untuk selalu melakukan mengecek kesehatan secara rutin,” katanya.
Saat berada ditengah-tengah masyarakat, Dinkes Wakatobi juga terus mengimbau masyarakat untuk bebas dari asap rokok. Termasuk rajin melakukan aktivitas fisik, diet seimbang, istirahat yang cukup dan kelola stres.
“Semua kegiatan itu, Dinkes Wakatobi secara kontinyu melaksanakan Posbindu dan Senam Prolanis. Hasilnya, presentase hipertensi atau tekanan darah tinggi tahun 2017 sebesar 27,83 persen dapat ditekan ditahun 2018 menjadi 25 persen,” tandasnya. (adv)