AS Tamrin Bakal Beberkan Pokok Pikiran Polima di Hari Pers Nasional

Dr AS Tamrin

BAUBAU, Rubriksultra.com – Konsistensi Wali Kota Baubau, AS Tamrin membangun moral tak pernah surut. Semangat itu terus ditularkan kepada seluruh aparatur termasuk dalam sistem kepemimpinan di Kota Baubau.

Hal itu dilakukan AS Tamrin dengan mengimplementasikan Polima (Pomamasiaka, Poangka-kataka, Popia-piara, Pomaemaeaka, Pobinci-binciki kuli) yang diadopsi dari “Sara Pataanguna” (empat sara) yang tertuang dalam mukadimah martabat tujuh kesultanan Buton.

- Advertisement -

Atas upayanya itu, AS Tamrin ditetapkan sebagai salah satu penerima Anugerah Kebudayaan PWI Pusat dalam rangka peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2020 di Banjarmasin, 9 Februari mendatang.

Selain itu, pria yang disematkan gelar Kanjeng Raden Tumenggung dari Keraton Solo ini bahkan mendapat kesempatan menyampaikan pokok-pokok pikiran Polima sekaligus meluncurkan Buku Polima Gema Pancasila dari Baubau di momen peringatan Hari Pers Nasional.

“Prinsipnya kita sudah siap untuk acara bedah buku nanti termasuk menyampaikan pokok-pokok pikiran Polima di HPN Banjarmasin,” ujar AS Tamrin yang ditemui usai membeberkan pokok pikiran Polima kepada ASN di Baubau, Rabu 20 Januari 2020.

AS Tamrin menjelaskan Polima sebenarnya memiliki keterkaitan dengan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Keduanya sama-sama sebagai alat pemersatu.

Selain itu, sebagai filter atas pengaruh budaya luar, sebagai panduan kehidupan dalam interaksi bermasyarakat dan sebagai jati diri dan identitas.

“Kalau Polima identitas masyarakat Buton, kalau Pancasila seluruh masyarakat Indonesia.Termasuk keduanya bernuansa pada kekeluargaan dan gotong royong,” katanya.

Doktor jebolan IPDN Jatinangor ini menjelaskan, Polima merupakan implementasi dari “Sara Pataanguna” yang tertuang dalam mukadimah martabat tujuh kesultanan Buton. Nilai ini sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Buton.

Nilai ini lalu diikat oleh falsafah Binci-binciki kuli (Tenggang rasa, sifat jujur pada diri sendiri dan representasi sifat religius) sebagai causa prima yang merupakan rasa tanpa mengurangi nilai yang lainnya.

Baca Juga :  Gaduh RSUD Baubau, Wali Kota tak Mau Diintervensi, Direktur Irit Bicara

“Polima memiliki lima nilai, begitu juga dalam Pancasila. Setiap nilai dalam Polima mewakili setiap sila Pancasila. Contoh, Po-binci binciki Kuli yang merupakan representasi sifat religius,” katanya.

Lalu Po-mamasiaka yang berarti saling sayang menyayangi sesama manusia berkaitan erat dengan sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradat.

Selanjutnya Po-maemaeaka yang berarti saling menaggung rasa malu, seperasaan, sepenanggungan, solidaritas dan jiwa bersatu berkaitan erat dengan sila ketiga persatuan Indonesia.

Nilai keempat Po-angka angkataka atau saling menghormati, menghargai dan respresentasi sifat yang bijaksana berkaitan erat dengan sila keempat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyaratan/perwakilan.

Terakhir Po-piapiara artinya saling mengayomi dengan memberi pelayanan yang adil terhadap sesama berkaitan erat dengan sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Nilai ini sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Buton. Nilai ini lalu diikat oleh falsafah Binci-binciki kuli (Tenggang rasa, sifat jujur pada diri sendiri dan representasi sifat religius) sebagai causa prima rasa tanpa mengurangi nilai yang lainnya,” ungkap AS Tamrin.

Penulis : Sukri Arianto
Editor : La Ode Aswarlin

Facebook Comments