KENDARI, Rubriksultra.com- Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) melakukan kunjungan kerja di kantor Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV Kendari, Senin 13 Januari 2020.
Kunjungan dipimpin langsung Ketua Komisi III DPRD Sultra, Suwandi Andi serta anggota Muh Irfani Thalib, Aksan Jaya Putra (AJP), dan Sudirman.
“Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi sebesar-besarnya atas penerimaan di kantor Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV,” kata Ketua Komisi III, Suwandi Andi.
Tujuan kunjungan ini, kata Suwandi, untuk bersilaturahmi dan berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV Kendari. Utamanya singkronisasi program daerah maupun nasional salah satunya terkait penanganan banjir dengan kewenangan masing-masing.
“Dengan kondisi hari ini kita ketahui bersama bencana banjir terjadi di berbagai daerah, dan untuk kita di Sultra bagaimana mencegah banjir dengan singkronisasi program kerja DPRD dan pemerintah dapat bersama-sama,” ujarnya.
Kata dia, pertemuan ini bukanlah untuk pertama dan terakhir. Tetapi dengan kunjungan ini diharapkan terjalin komunikasi yang baik antara Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV Kendari dan DPRD Sultra.
“Kiranya kami ingin datang lagi menginginkan ada keterbukaan dari teman-teman Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV Kendari, semata-mata tujuannya untuk membangun daerah,” ujarnya.
Kepala Satuan Kerja (Satker) Pelaksana Jaringan Sumber Air Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV Kendari, Arbor sangat berterima kasih atas kehadiran Anggota DPRD. Kata dia, ini merupakan suatu kebanggan bagi Balai Sungai Wilayah IV Sulawesi telah dikunjungi Komisi III DPRD Sultra dalam rangka singkronisasi program-program pengelolaan sumber daya air di Bumi Anoa.
“Tentunya banyak program-program strategis terkait pengelolaan sumber daya air di Sultra, seperti pembangunan bendungan Ladongi dan bendungan Ameroro yang saat ini masuk tahap pelaksanaan,” ujarnya.
Arbor menjelaskan, faktor yang menyebabkan banjir di Sultra disebabkan adanya perubahan iklim. Ini dibuktikan dengan hujan yang tidak menentu dengan intesitas tinggi.
Faktor lainnya, lanjut Arbor, karena sudah banyak hutan dialih fungsikan menjadi kebun dan aktivitas lainnya. Akibatnya tidak ada lagi pohon-pohon yang meresap air.
“Kalau ada pohon-pohon tentu airnya akan meresap, sehingga air tidak langsung mengalir ke sungai. Tetapi dengan kondisi saat ini sungai tidak bisa lagi menampung air yang masuk, karena sudah kurang pohon-pohon. Sehingga air dapat meluap di mana-mana,” jelasnya.
Untuk mengatasi ini, Arbor berharap ada dukungan dan akses dari pemerintah daerah maupun DPRD Sultra untuk bisa bersama-sama mengambil peran dan fungsi masing-masing.
“Kami harapkan dukungan dan singkronisasi bersama-sama dalam melaksanakan program-program untuk kemajuan daerah,” tutupnya. (adm)