PASARWAJO, Rubriksultra.com- Bupati Buton, La Bakry berupaya meningkatkan nilai hasil perkebunan warganya. Salah satunya adalah kelapa.
Bersama PT. Krambil Idjo Jogjakarta, Pemkab Buton sepakat menjalin kerjasama yang ditandai dengan penanda tanganan Momarandum of Understanding (MoU) konsorsium pengolahan produk kelapa di aula kantor Bupati Buton, Sabtu 7 Maret 2020.
Bupati Buton, La Bakry menjelaskan, saat ini petani kelapa di Kabupaten Buton mencapai 1.800 Kepala Keluarga (KK). Luas lahan perkebunan mencapai lima ribu hektar.
Lahan ini tersebar mulai dari Wolowa, Siontapina, Lasalimu, Lasalimu Selatan, Kapontori dan Pasarwajo.
“Rencana juga kita akan melakukan penambahan lahan. Kita sudah minta status penurunan lahan karena itu sudah kewenangan provinsi,” katanya.
La Bakry menjelaskan, dengan terjalinnya kerjasama ini maka akan menjamin kontinuitas keberlanjutan produk. Sebab hasilnya kedepan akan lahir sebuah produk.
“Nah, ini juga sebagai upaya meningkatkan pendapatan warga. Dengan ini masyarakat tidak akan mengeluh hanya kopra dan menjual perbiji saja, tetapi sekarang dalam bentuk industri sehingga seluruh butir kelapa itu mempunyai nilai,” katanya.
Ia pun berharao seluruh masyarakat mendukung program ini. Pemerintah daerah akan berupaya membentuk lembaga organisasi untuk menaungi keberlanjutan produk kelapa berbasis industri di Buton ini.
Direktur Utama PT Krambil Idjo Yogyakarta, Syaukani Bowo Laksono menilai Kabupaten Buton memiliki potensi untuk pengembangan produk kelapa. Apalagi lahan perkebunan kelapa yang dimiliki mencapai lima ribu hektar.
Kata dia, konsorsium ini pada prinsipnya akan membuat nilai tukar petani lebih tinggi dibandingan petani kopra. Selain itu, produk kelapa ini akan melahirkan industri berbasis korporasi rakyat atau koperasi yang sejalan dengan visi Kementerian Koperasi.
Syaukani Bowo Laksono menjelaskan keunggulan komoditi kelapa dibanding kopra. Kopra outputnya hanya satu yakni minyak goreng, tapi bila dikelola menjadi minyak kelapa maka bisa diubah menjadi Virgin Coconut Oil (VCO), minyak goreng VCO dan kosmetik VCO.
“Mengenai harga jelas akan lebih tinggi dibanding kopra,” katanya.
Berdasarkan teritori wilayah, Syaukani menilai produk kelapa yang sangat berpotensi dikembangkan di Kabupaten Buton adalah minyak goreng dan sabun. Dengan hasil produk ini maka nilai hasil perkebunan akan berlipat ganda.
Dikatakan, industri kelapa ini memiliki efek domino yang sangat tinggi. Salah satunya akan melahirkan tenaga kerja yang meluas.
“Melalui konsorsisum ini kami juga akan dukung dengan peralatan. Intinya industri kelapa yang menjadi pondasinya sudah terbangun. Kita akan coba latih kedepan dalam tiga empat bulan kemudian kami akan kirimkan alat,” katanya.
Dosen IPB Penggerak Wira Usaha Muda Berprestasi Tingkat Nasional, Dr Soni Trisun mendukung kerjasama antara Pemkab Buton dan PT Krambil Idjo Yogyakarta ini. Ia pun memberi penguatran agar Pemkab Buton segera membentuk lembaga sehingga pengolahan produk kelapa dapat tersistematis.
“Kerjasama dengan berbagai pihak baik nasional maupun internasional itu penting. Agar pengolahan produk kelapa dapat diketahui masyarakat luas serta mengajak masyarakat untuk memanfaatkan kerja sama ini,” katanya. (adm)