Pendekatan Pembangunan dan Masalah Sosial

Ir. La Ode Budi

Oleh: Ir La Ode Budi

BAUBAU, Rubriksultra.com- Pada kumpulan orang di suatu lingkungan atau lingkup daerah, ada saja orang-orang yang tertinggal dalam kemajuan.

Sering kita dengar anak muda yang melewatkan waktunya dengan mabuk, kegiatan vandalis atau bahkan mengganggu lingkungan.

Lazimnya, remaja bermasalah ini berasal dari keluarga yang tidak berkondisi positif.

Hubungan dengan ayah ibu tidak baik, pengasuhan yang buruk, kesulitan ekonomi yang berat, disorientasi masa depan, tidak punya ketrampilan yang bernilai ekonomi, sehingga mereka sulit melepaskan diri dari stigma lingkugan “anak nakal, tidak bisa diatur”.

Umumnya, mereka dianggap sebagai “beban” lingkungan, disamping sumber pertengkaran keluarga.

Pendekatan umumnya untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mendisiplinkan mereka.

Menegaskan bahwa mereka mengganggu dan mereka akan dihukum, bahkan dipenjara, kalau meneruskan perilaku demikian.

Dan apa hasilnya ? Tidak ada.

Mereka tetap saja begitu, dan orang tua dan lingkungan akan semakin gusar.

Dan jika hubungan dengan lingkungan memburuk, maka mereka akan makin semena-mena dan membuat agenda sendiri untuk mencari perhatian dan menyatakan : “saya ini penting !!!”.

Caranya ? Cari musuh dan berkelahi, baik dengan lingkungan atau dengan pemuda kampung sebelah.

Menurut penulis, masalah ini tidak akan kunjung tersolusikan jika kita menjadikan titik dominan pembangunan adalah ekonomi dan fisik (jalan, bangunan dan lain-lain).

Pembangunan adalah terkait merubah nasib atau keadaan manusia.

Karenanya, titik sentral pembangunan seharusnya adalah manusia.

Pendekatan ini mengharuskan daerah untuk memiliki perhatian dan sekuat tenaga membangun generasi muda berkualitas sesuai zamannya. Tidak boleh ada yang terlewat.

Ciri generasi berkualitas ini adalah : memiliki keyakinan dan sikap yang positif, terdorong oleh tujuan hidup yang berharga, memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang membuatnya produktif, dan memiliki lingkungan sebaya yang searah.

Baca Juga :  Cerdas Memilih, Penentu Lahirnya Pemimpin Cerdas

Terkait remaja “yang tertinggal” di atas, harus dibuat program pemberdayaan yang membantu mereka untuk mendapatkan kesadaran dan jalan baru bagi diri mereka sendiri dan menapaki hidup baru yang positif.

Misal, pelatihan satu minggu dalam bentuk kemah yang berisi penyadaran, motivasi dan merencanakan masa depan, disambung pelatihan ketrampilan ekonomi, akan lebih berdampak bagi mereka, dibanding habis waktu dan tenaga kita menasehati dan menuntut mereka disiplin.

Biaya mengobati akibat efek negatif kenakalan mereka, bisa jadi lebih besar, dibanding dengan biaya pelatihan di atas.

Singkatnya, pendekatan “manusia adalah titik sentral pembangunan” menginginkan daerah untuk tidak boleh gagal atas lahirnya generasi yang potensi kemanusiaanya berkembang maksimal : spiritual, akhlaq, sikap, ketrampilan, kebiasaan dan penguasaan pengetahuan dan teknologi terbaik, sesuai tantangan zamannya.

Saya menyebutnya : upaya melahirkan Generasi Emas.

Barangkali bermanfaat untuk mendorong kita berpikir dan bisa jadi bahan koja-koja mantale. (***)

Facebook Comments