Pengembangan 10 Bali Baru, Balitbang Kemenhub RI Sambangi Wakatobi

Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI menyambangi Kabupaten Wakatobi. (Foto Kurniawati)

WAKATOBI, Rubriksultra.com- Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI menyambangi Kabupaten Wakatobi. Tim sudah berada di Wakatobi sejak Rabu 22 Juli 2020 lalu.

Rombongan Balitbang Kemenhub RI yang beranggotakan tiga orang itu akan meneliti peningkatan konektivitas transportasi antar moda di Wakatobi. Utamanya dalam kaitan Wakatobi sebagai salah satu dari 10 daerah yang bakal dijadikan Bali baru di Indonesia.

Win Akustia, Ketua rombongan Balitbang Kemenhub RI yang juga sebagai peneliti madya transportasi antar mode mengungkapkan, selama di Wakatobi pihaknya akan mengunjungi titik-titik simpul seperti bandara dan beberapa pelabuhan sebagai konektivitas darat, laut dan udara.

“Kita akan meneliti apakah ada kelemahan atau hambatan. Mungkin disalah satu bidangnya, kita akan kaji untuk dibuat suatu desain awal atau tindak lanjut guna mengatasi hal dimaksud,” ungkap Win Akustia, di Wangi-Wangi, Kamis 23 Juli 2020.

Hasil penelitian itu nantinya diharapkan lahir satu kebijakan pemerintah pusat untuk pengembangan. Apakah itu kekurangan sarana prasarana yang kemudian bisa diusulkan guna mendapat porsi kebijakan program.

“Dari hasil penelitian kita nanti, misalnya jika ada hambatan penentuan kelas-kelas jalan. Diharapkan ada estimasi untuk mengatasi mungkin bisa dengan Perpres atau regulasi lainnya,” ucap Win Akustia.

Wakatobi sebagai 10 top destinasi pariwisata di indonesia, Win Akustia mengatakan, masih banyak kekurangan yang harus mendapat porsi kebijakan program disertai penganggaran.

“Kita melihat bahwa di Wakatobi kekurangan saat ini mungkin dari pintu masuk seperti penerbangan dari Kendari-Wakatobi. Atau Makassar-Wakatobi masih butuh rentan waktu panjang untuk bisa sampai di Wakatobi. Tentu wisatawan akan jenuh jika harus berjam-jam menunggu transit di Kendari,” kata peneliti Balitbang Kemenhub tersebut.

Baca Juga :  Minimalisir Risiko, Pemkab Wakatobi Teken MoU Penertiban Aset dengan KPK

Win Akustia menjelaskan, sebagai daerah pariwisata daya dukung sarana prasarana seperti dermaga laut juga sangat menentukan.

“Kita melihat juga seperti dermaga Numana di Desa Liya One Melangka harus dibangun terminal. Sehingga wisatawan maupun warga lokal pengguna jasa angkutan laut bisa merasa nyaman.

“Seperti dermaga Numana di Desa Liya One Melangka, disana itu harus ada fasilitas penunjang sehingga wisatawan bisa merasa nyaman. Mungkin bisa dibangun terminal dengan ruang tunggunya, kantin, mesin ATM dan lain sebagainya,” saran Win Akustia.

Dari data hasil penelitiannya selama dua hari di Wakatobi, Win Akustia menyimpulkan jika di Wakatobi masih banyak yang perlu dibenahi.

“Beberapa data yang telah kita dapat, akan diolah yang kemudian dijadikan usulan ditingkat atas. Di Wakatobi masih banyak yang harus dibenahi, misalkan konektivitas waktu, pelayanan semua harus terintegrasi dengan baik,” ujarnya.

Begitu pula dermaga, harus ada perbaikan dan kesepakatan bersama pihak terkait. “Sarana prasarana baik itu dermaga maupun fasilitas ditujuan wisata harus membuat wisatawan nyaman,” harapnya.

Kadis Perhubungan Wakatobi, Hariadin, menambahkan peran pemerintah pusat dalam pengembangan beberapa daerah sebagai 10 Bali baru di Indonesia sangat penting seperti porsi penganggaran yang disertai dengan regulasi yang jelas.

“Beberapa daerah mengeluhkan beberapa hal yang sama. Misalnya, ada anggaran di provinsi tapi tidak bisa digunakan untuk perbaikan atau pembangunan infrastruktur di daerah setingkat kabupaten. Karena belum ditunjang dengan regulasi,. Sehingga harus ada regulasi yang mengaturnya” tutup Hariadin.

Peliput: Kurniawati

Facebook Comments