BAUBAU, Rubriksultra.com– Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Sultra, Fesal Musaad mengajak masyarakat agar menerapkan PO-5. Menurutnya, PO-5 bisa menjadi pemersatu yang erat kaitannya dengan toleransi antar umat beragama.
Kata dia, Kota Baubau memiliki keragaman etnis dan umat beragama. Sehingga toleransi dan kekompakan harus dikedepankan agar tercipta kedamaian.
“Tanpa kedamaian maka muncul perpecahan. Olehnya, tidak akan terwujud kedamaian di masyarakat kalau tidak bersatu. Ini juga bertalian dengan PO-5 sebagai pemersatu yang digaungkan Wali Kota Baubau, Dr AS Tamrin,” kata Fesal Musaad dalam dialog Baubau Rukun yang diadakan Forum Kerukunan Umat Beragama di kantor Wali Kota Baubau, Rabu 17 Maret 2021.
Fesal Musaad menjelaskan, nilai-nilai PO-5 perlu diterapkan pada keluarga agar selalu hidup rukun dan damai. Begitu pula di lingkungan masyarakat.
Wali Kota Baubau, Dr AS Tamrin menambahkan, nilai-nilai yang terkandung didalam PO-5 menjadi solusi menangkal paham radikalisme. Menurutnya, masuknya paham radikalisme karena redupnya moral.
“Revolusi mental terus digaungkan saat ini dalam pemerintahan Presiden Jokowi. Sebab pembentukan moralitas masyarakat sangat penting,” katanya.
Dikatakan, nilai-nilai PO-5 telah dielaborasi untuk diimplementasikan masyarakat karena dapat membangun karakter manusia. Hal itu juga sejalan dengan Pancasila sebab berlandaskan pada Sara Pataanguna yang merupakan nilai-nilai warisan leluhur Kesultanan Buton, dimana outputnya adalah revolusi mental.
“Makanya kalau moral tidak dikedepankan bisa-bisa akan terjadi perang dunia,” tegasnya.
Kapolres Baubau, AKBP Rio Tangkari menjelaskan, paham radikal sangat berbahaya. Sebab tujuannya untuk mencabut dasar negara dari akarnya.
“Nah, untuk menangkalnya, negara secara simultan bersama masyarakat, tokoh budaya, tokoh agama terus hadir mendidik karakter, memberikan pemahaman kepada generasi bangsa,” katanya.
Kata dia, setiap tatanan harus mulai mengambil peran mendidik karakter dan memberikan pemahaman agar tidak tergerus dunia digitalisasi 4.0.
“Negara kita besar, namun kita akan menjadi kecil kalau masing-masing membuat bingkai baru mencari masalah yang membuat perpecahan,” katanya.
Ditambahkan, pendidikan karakter juga bisa melalui kearifan lokal dan budaya.
“Makanya jaga kearifan lokal kita. Radikalisme memang menghawatirkan, namun bisa kita lawan dengan persatuan dan kekompakan serta terapkan nilai-nilai yang ada di masyarakat,” katanya. (adm)
Laporan : Ady.