BAUBAU, Rubriksultra.com- Wali Kota Baubau, Dr AS Tamrin mempertanyakan Standar Operasional Prosedur (SOP) usai dirinya dinyatakan positif Covid-19 saat menjalani Swab PCR di Rujab Gubernur Sultra, 29 Juni 2021 lalu. Sebab AS Tamrin mencoba meminta rekam medis hasil pemeriksaan namun tidak diberikan dengan alasan rahasia.
Sekembalinya dari Kota Kendari, Dr AS Tamrin menjalani tes Swab PCR di Kota Baubau pada 1 Juli 2021. Aneh, hasilnya sangat berbeda pada saat di Kendari dinyatakan positif, sementara hasil tes di Baubau dinyatakan negatif.
Barulah setelah lima hari kemudian, hasil rekam medis yang diminta dari pemeriksaan di Kota Kendari tersebut diberikan, tepatnya pada Sabtu, 3 Juli 2021.
“Saat itu saya minta data rekam medisnya ke mereka (Pemprov Sultra). Tapi mereka bilang itu rahasia. Kenapa begitu?, mestinya tidak boleh dirahasiakan dari saya karena saya itu publik figur, sering ketemu banyak orang. Yang benar itu harus disampaikan ke saya secepatnya agar saya bisa isolasi mandiri,” kata Dr AS Tamrin, di rujabnya, Minggu malam 4 Juli 2021.
Menurutnya, persoalan tersebut mesti dilakukan sesuai prosedur dengan menjeskan isi rekam medisnya secara langsung oleh ahlinya. Bukan malah melalui pejabat lain yang datang membisik.
“Nah, disitu jadinya saya curiga. Kalau memang benar saya terpapar sampaikan, bawakan rekam medisnya saat itu juga bukan malah ditutup-tutupi,” katanya.
Orang nomor satu di Kota Baubau ini menjelaskan, dirinya beserta semua rombongan melakukan swab antigen sebelum berangkat ke Kendari, Sabtu 26 Juni. Hasilnya non reaktif.
Pada Minggu 27 Juni di Kendari, ia menghadiri rapat bersama pengurus DPD PAN, semua undangan wajib swab antigen dan hasilnya juga non reaktif. Kemudian Senin 28 Juni, ia mengikuti dua agenda virtual yaitu pelantikan Bupati dan Wakil Wakatobi dan menerima penghargaan BKKBN.
Keesokan harinya, Selasa 29 Juni pukul 09.00 WITa, ia menjalani pemeriksaan Swab PCR di Rumah Jabatan Gubernur Sultra.
Setelah itu, AS Tamrin mendampingi Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia terbang ke Baubau untuk ziarah ke makam Pahlawan Nasional Oputa Yi Koo. Pada pukul 18.00 WITA rombongan terbang kembali ke Kota Kendari.
“Tiba di Kendari sekira pukul 20.00 WITa. Kami mau ancang-ancang makan malam di rumah jabatan Gubernur, tapi saya izin pamit duluan, pulang istirahat,” jelas Wali Kota dua periode ini.
Baru saja sampai di kediamannya di Kanukila dan belum sempat makan, dirinya mendapat telpon dari ajudan Gubernur Sultra yang membutuhkan kehadirannya untuk makan malam bersama Menteri Bahlil.
“Saya langsung jalan. Baru duduk sebentar di sampingnya pak menteri, salah satu bupati datang membisikkan kalau saya terkonfirmasi Covid-19. Sempat saya down. Saya coba tenangkan diri lalu putuskan untuk pulang isolasi mandiri dan saya sampaikan ke ajudan untuk pergi ambil rekam medis. Nah, disitulah mereka bilang rekam medis itu rahasia. Tapi kenapa beberapa jam sebelumnya saya tidak disampaikan,” urainya.
Setelah dinyatakan positif Covid-19, AS Tamrin kembali ke Baubau lewat jalur darat, Rabu 30 Juni 2021. Di hari yang sama, Presiden Joko Widodo dijadwalkan menghadiri Munas KADIN Sultra sekaligus memberikan arahan kepada seluruh kepala daerah di Sultra.
Tiba di Baubau, kebetulan ada pemeriksaan antigen dan vaksin kepada orang-orang yang berada di Rujab Wali Kota Baubau. Saat itu, salah satu ajudan yang baru saja sampai bersama rombongan ikut melakukan pemeriksaan antigen dan hasilnya non reaktif.
Wali Kota Baubau pun memanggil Direktur BLUD RSUD Baubau, dr Lukman. Dia datang dengan dokter ahli patologi klinik beserta alat PCR.
“Saya minta mereka swab PCR saya dan sampaikan hasilnya dengan jujur jangan karena saya wali kota. Setelah lima jam lebih, rekam medisnya datang dengan hasil negatif,” ucap AS Tamrin.
Merasa tidak nyaman, AS Tamrin langsung menghubungi Gubernur Sultra, Ali Mazi, untuk mempertanyakan perbedaan hasilnya sekaligus meminta rekam medisnya. Rekam medis hasil dari swab PCR di Kendari baru sampai di Baubau lima hari kemudian pada Sabtu 3 Juli 2021.
“Jujur saya saya tidak persoalkan perbedaan hasil tes PCR di Baubau ataupun di Kendari. Saya maklum mungkin karena human eror, atau mungkin alat PCR-nya atau bisa juga karena kondisi fit kesehatan manusia yang terkadang berubah-ubah. Tapi yang saya protes ini sebenarnya kenapa hasilnya itu ditutup-tutupi nanti lima hari kemudian baru bisa saya lihat. Ini ada apa,” tutupnya. (adm)
Laporan : Ady