KENDARI, Rubriksultra.com- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Tenggara (Sultra) bersama seluruh stakeholder terus bekerja keras dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Berbagai upaya sosialisasi dan edukasi dilakukan untuk penanganan pandemi saat ini.
Kepala BPBD Sultra, Muhammad Yusuf mengatakan, telah banyak kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pusat terkait penanganan Covid-19. Namun masih banyak masyarakat tidak tahu dan tidak paham terkait beberapa aturan tersebut.
“Olehnya kami terus bekerja keras melakukan edukasi dan sosialisasi di tengah masyarakat. Kita juga tidak bisa berbuat banyak bila tidak ada kesadaran dari masyarakat,” katanya.
Kata dia, sosialisasi dan edukasi yang dilakukan melibatkan banyak komponen, seperti tenaga medis, kepolisian, TNI, dinas kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan tokoh agama. Tujuannya dalam rangka memberikan pemahaman di masyarakat betapa pentingnya menerapkan protokol kesehatan dengan cara memakai masker, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan.
Selain itu, edukasi tentang pemahaman akan manfaat vaksin Covid-19 juga diberikan kepada masyarakat. Dengan memahami pentingnya vaksinasi, maka masyarakat juga dapat ambil bagian dalam upaya melindungi diri sendiri dan juga negaranya.
“Meski demikian, kami juga menyadari masih terdapat sekelompok kecil masyarakat yang menyangsikan manfaat dari vaksin. Ada juga beberapa kelompok masyarakat belum tercapai sasaran vaksinasinya, contohnya kelompok lansia,” ungkapnya.
Dari hasil sosialisasi dan edukasi BPBD Sultra di 17 Kabupaten Kota di Sultra, tingkat partisipasi vaksinasi untuk kelompok lansia belum mencapai 10 persen dari target vaksinasi. Kebanyakan kaum lanjut usia (lansia) mempunyai komorbid seperti alergi obat dan penyakit penyerta sehingga paling rentan terpapar Covid-19.
“Selain itu lansia juga memiliki ketidakmampuan untuk menjangkau posko-posko vaksin sehingga mereka malas ke tempat vaksin olehnya itu pemerintah mengeluarkan kebijakan yang namanya vaksin merdeka dengan kata lain jemput bola,” katanya.
Tak hanya itu, masyarakat juga masih harus berhadapan dengan bahaya hoax soal pandemi. Banyak hoax terkait pandemi yang sudah beredar, seperti soal pengobatan dan penanganan pandemi hingga soal vaksinasi.
Kata dia, banyak hoax tentang Covid-19 dan vaksin yang beredar dan perlu diluruskan dengan fakta yang benar. Hal ini tentu akan menghambat berbagai upaya percepatan pengentasan Covid-19.
“Ini adalah permasalahan dalam rangka kita melakukan edukasi. Inilah gunanya kita memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk mengcounter berita yang tidak benar atau hoax. Masyarakat bisa mendapat penjelasan dari institusi yang kredibel dan dapat dipercaya untuk meluruskan informasi hoax yang banyak beredar,” terangnya.
Yusup juga mengingatkan pemerintah kabupaten kota untuk mengimbau masyarakatnya yang dinyatakan positif Covid-19 agar dapat memanfaatkan fasilitas isolasi terpusat yang tersedia di wilayah masing-masing. Oerawatan pasien akan diawasi langsung tenaga kesehatan dan dipantau baik tanda vital, gejala, pola makan dan obat-obatannya, sehingga jika terjadi hal darurat dapat langsung ditangani.
“Apabila pasien Covid-19 memutuskan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah, maka sebaiknya dipastikan tidak memiliki gejala atau bergejala ringan. Tapi alangkah baiknya dilakukan isolasi terpusat, makanya kita terus melakukan edukasi kepada masyarakat dan pemerintah daerahnya. Alhamdulillah kabupaten kota yang dulunya tidak menerapkan isolasi terpusat, sekarang semua sudah menerapkan hal tersebut,” pungkasnya. (adm)