KENDARI, Rubriksultra.com- Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Atal S. Depari mengatakan, wartawan adalah insan yang punya peran penting dalam melestarikan kebudayaan. Untuk menunjang pelestarian budaya masing-masing, wartawan harus memiliki wawasan kebudayaan.
“Kita adalah super power budaya kita sendiri. Olehnya kita harus memanfaatkan diri untuk itu,” ungkap Atal dalam pidatonya saat klinik penulisan kebudayaan, di stasiun RRI Kendari, Senin 7 Februari 2022.
Atal mengatakan, klinik budaya adalah kegiatan bagus dan positif untuk diikuti insan pers karena bisa menambah wawasan tentang pelestarian budaya. Termasuk peningkatan sinergitas dan kemitraan yang baik.
Sinergitas yang dimaksud adalah kemitraan pers dengan pemerintah yang harus diperkuat. Namun kemitraan itu tak boleh diartikan apapun yang dilakukan pemerintah diamini pers, melainkan untuk proses percepatan pembangunan.
“Wartawan harus memegang sosial kontrol. Ketika misal perencanaan kita lihat sudah mulai melampaui batas, kita koreksi, kita warning, kita kasih pluit. Itu adalah kemitraan, tetapi jangan dibahasakan yang lain seperti menyerang. Pers tidak mengajarkan kritik membabi buta, yang diajarkan kritik membangun. Makanya pemerintah tidak usah takut dikritik, tidak usah ragu, karena kritik pers itu adalah tujuannya untuk kebaikan,” ucapnya.
Anggota Dewan Pengawas (Dewas) LPP RRI, Mohamad Kusnaeni mengaku bangga diberikan peran oleh PWI untuk sebagai lokasi pelaksanaan klinik penulisan budaya pada Hari Pers Nasional (HPN) 2022. Keterlibatan RRI dalam menyukseskan pelaksanaan HPN di Kota Kendari bukan secara kebetulan.
Misi RRI jelas bahwa angkasawan angkasawati diarahkan untuk memajukan kebudayaan. Bukan cuma itu, dukungan RRI terhadap pelestarian kebudayaan ditunjukkan dengan 38 stasiun RRI di Indonesia yang secara rutin menyiarkan tentang kebudayaan.
“Olehnya kami sangat mendukung dan siap menyukseskan kegiatan ini. Semoga dengan kegiatan ini semuanya mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya,” pungkasnya. (adm)
Laporan : Ady