Kendari, Rubriksultra.com– Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Asrun Lio, memimpin Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sultra mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) yang membahas langkah konkret Pengendalian Inflasi di daerah melalui Zoom Meeting, di Aula Merah Putih Rumah Jabatan (Rujab) Gubernur Sultra, Selasa 24 Januari 2023.
Rakor tersebut dibuka Kemendagri RI Tito Karnavian, dan dihadiri sejumlah Pejabat diantaranya Deputi I Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Dr. I Gusti Ketut Astawa, Plt. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa M. Habibullah, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri (Kemendag) Dr. Kasan, Mayjen TNI Muh. Safei Kasno, Dir Tipideksus Bareskrim Polri, Satgas Pangan Polri, Prof. Dr. Fajri Jufri Kepala Badan Standardisasi Instrumen Pertanian dari Kementerian Pertanian, para Pejabat Utama Kementerian dan Lembaga serta para Gubernur, Bupati, Wali Kota se-Indonesia, Para Forkopimda seluruh Indonesia, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Se-Provinsi, Kepala BPKP Semua Provinsi dan semua Stekholder yang terkait pengendalian inflasi dan pertumbuhan ekonomi
Sekda Sultra didampingi sejumlah Pejabat Pemprov maupun vertikal diantaranya Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Suharno dan Biro Perekonomian Hj. Usnia. Selain itu hadir juga Kadis Kominfo Sultra, M.Ridwan Badallah, Kadis Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Hj. Sitti Saleha, Karo Pemerintahan Muliadi dan Sekdis Tanaman Pangan Ari Sismanto, Ka Bulog, yang mewakili Kepala BPS dan Karantina dan beberapa Pejabat terkait.
Mendagri Tito Karnavian dalam rakor tersebut mempertegas arahan Presiden pada Rakornas bersama Kepala Daerah dan Forkopimda se- Indonesia, di Sentul International Convention Center, Sentul Jawa Barat. Tito Karnavian menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi cukup baik diatas 5,72 persen di triwulan terakhir tahun 2022.
“Kalau secara rata-rata 5,2 persen dalam 1 tahun terakhir ini sangat bagus dibanding pertumbuhan negara-negara lain yang jauh dibawa 5 persen. Tidak banyak negara diatas 5 persen, dari segi Inflasi juga relative terkendali 5,51 pereen di akhir tahun itu menurunan bulan Desember 5,9 persen,” katanya.
Pada paparan Mendagri, terlihat bahwa Sultra posisi kedua tertinggi tingkat inflasinya yang dipengaruhi oleh inflasi di Kota Kendari di atas inflasi nasional, yakni 7,6 persen dan Kota Bau-Bau dengan inflasi di atas 8 persen. Oleh sebab itu, Tito Karnavian menekankan kepada Kepala Daerah, khususnya Pejabat Gubernur, Bupati dan Wali Kota yang tidak dapat mengatasi tingkat inflasi maka Mendagri akan merekomendasikan kepada Presiden untuk diganti.
Kepala BPS yang diwakili Plt Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, M. Habibullah menambahkan, perkembangan harga beras sampai dengan minggu ke-2 Januari 2023, terjadinya kenaikan dibandingkan Desember 2022 pada sebagian wilayah sehingga komoditas beras di 189 Kabupaten/Kota relative perlu diwaspadai pada wilayah di Sumatera bagian Timur, sebagian Pulau Jawa seperti Banten dan Jawa Tengah, serta pesisir Timur pulau Sulawesi.
Selain itu, komoditas yang mengalami kenaikan antara lain, bawang merah, bawang putih, cabai, beras, kedelai dan minyak goreng.
Oleh sebab itu ,hal-hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah, yakni pertama, pemantauan penyaluran beras SPHP dengan bekerjasama dengan Bulog. Kedua, mitigasi stabilitasi pasokan dan harga pangan di wilayah masing-masing, ketiga, mulai melakukan gerakan pangan murah (GPM), dan keempat, penguatan cadangan pangan pemerintah daerah.
Dirjen Kemendag RI, Dr. Kasan memaparkan dalam distribusi minyak goreng terutama untuk minyam kemasan, akan pelan-pelan disalurkan melalui BUMN Pangan supaya bisa mengontrol sepenuhnya penyaluran minyak goreng, terutama yang kemasan maupun yang curah.
Meskipun Sultra masuk dalam peringkat kedua tertinggi inflasinya namun secara umum masyarakat Sultra tidak perlu khawatir karena penyebab inflasi bukan karena stok pangan namun lebih kepada kenaikan bahan bakar dan avtur. Sementara stok pangan di Sultra diyakinkan oleh Asrun Lio dapat mengatasi inflasi tahun 2023.
Misalnya persediaan beras untuk tiga bulan terakhir sebesar 65 ribu ton, artinya masih bisa mencukupi kebutuhan sampai lebaran. Selain itu, untuk tiga bulan berikutnya telah siap panen di bulan ini. Begitu juga dengan kebutuhan pangan lainnya dan cadangan pangan penyangga misalnya sorgun, jagung, dan umbi-umbian, semuanya dapat mengatasi inflasi yang cukup berdampak di belahan dunia dan nasional. (adv)