LABUNGKARI, Rubriksultra.com- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menyatakan angka prevalensi balita stunting tertinggi berada di Kabupaten Buton Tengah (Buteng) dengan angka 41,6 persen. Angka itu berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022.
Kondisi stunting di Kabupaten Buteng hanya mampu ditekan 1,1 persen dari tahun 2021 yang berada di angka 42,7 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dari rata-rata stunting nasional yang hanya 21,6 persen pada 2022.
“Angka stunting tertinggi sebelumnya di Kabupaten Busel pada tahun 2021. Sementara untuk angka stunting tertinggi di tahun 2022 adalah Kabupten Buteng dengan angka 41,6 persen,” kata Kepala BKKBN Provinsi Sultra, Asmar.
Asmar menjelaskan, penyebab tingginya angka stunting pertama berdasarkan spesifik yang berkaitan dengan gizi sebesar 30 persen. Kemudian 70 persen lainnya berkaitan dengan sanitasi, jamban dan air bersih.
“Untuk masalah gizi dinas, kesehatan sudah melakukan kerja keras, tentunya pihak instansi terkait ikut membantu bagaimana memenuhi kebutuhan-kebutuhan gizi yang ada di daerah,” katanya.
Pihaknya juga mempunyai program dahsyat di kampung KB, dapur sehat atas stunting, dan sosialisasi makanan bergizi kepada masyarakat, sehingga masyarakat bisa menyajikan makanan yang sesuai dengan kebutuhan dan nutrisi keluarga.
Asmar menambahkan dalam waktu dekat akan diadakan Rapat Kerja Daerah (Rakerda) untuk mengevaluasi kinerja terkait angka stunting dari tahun 2021-2022.
“Rencananya dari kegiatan tersebut nanti akan dirancang rencana-rencana apa yang akan dilakukan di tahun 2023, dan melihat bagaimana potensi stunting ke depan, hingga strategi-strategi untuk bisa terlaksananya penurun angka stunting di tahun 2023,” pungkasnya. (adm)
Laporan: LM Arianto