Lima Komunitas Masyarakat di Kawasan Adat Keraton Mengadu di DPRD Baubau

Lima komunitas saat bertemu langsung Wakil Ketua DPRD Baubau terkait rencana revitalisasi Baruga Keraton Wolio. (Foto Istimewa)

Baubau, Rubriksultra.com– Sebanyak lima komunitas masyarakat yang berada di kawasan adat keraton wolio terus melakukan pergerakan dalam rangka mengawal rencana revitalisasi Baruga Keraton Buton.

Terbaru, kelima komunitas tersebut melayangkan surat ke DPRD Kota Baubau untuk menghalangi rencana revitalisasi Baruga Keraton Buton yang akan dibangun menggunakan bahan beton sebagaimana pernyataan gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Ali Mazi, belum lama ini.

- Advertisement -

Lima komunitas tersebut masing-masing, Karang Taruna Lelemangura, Melai Peduli, Pemerhati Wolio Makesana, Media Center Keraton Buton, dan Forum Komunikasi Peduli Benteng Wolio.

Ditemui di Kantor DPRD Kota Baubau, Selasa, 14 Maret 2023, Ketua Forum Komunikasi Benteng Wolio, Harmin Rahmat mengatakan pihaknya beserta empat komunitas lainnya memasukkan surat yang berisi pernyataan sikap. Harapannya, surat ini menjadi pertimbangan seluruh wakil rakyat untuk ikut mengantisipasi dan memberikan masukan kepada pemerintah, sehingga harapan masyarakat di kawasan benteng keraton bisa terwujudkan.

“Adapun isi suratnya itu terdiri dua tuntutan. Pertama, menolak revitalisasi Baruga Keraton menggunakan bahan beton. Dan kedua, mendukung revitalisasi Baruga Keraton dengan memperhatikan unsur-unsur kearifan lokal dan pelestarian cagar budaya,” ungkapnya.

Lima komunitas ini bersepakat, setidaknya ada 14 dasar kerangka berpikir  mengharuskan Baruga Keraton itu dibangun dengan memperhatikan unsur-unsur kearifan lokal dan pelestarian cagar budaya, masing-masing :

  1. Baruga merupakan komponen tak terpisahkan dari keberadaan Benteng Wolio.
  2. Baruga merupakan salah satu komponen penting dalam systim pemerintahan Kesultanan Buton.
  3. Baruga adalah tempat musyawarah ‘syara‘ (perangkat) kesultanan buton.
  4. Baruga merupakan satu mata rantai yang tak terpisahkan dalam proses/ritual pemilihan Sultan Buton.
  5. Baruga menjadi tempat pengumuman (sokaiana pau) Sultan Buton terpilih dalam musyawarah ‘Siolimbona‘ (Dewan Menteri).
  6. Baruga menjadi tempat pelaksanaan acara kenegaraan dan pemberian ucapan selamat kepada Sultan Buton setelah prosesi penobatan (bulilingina pau).
  7. Pembangunan Baruga Kesultanan Buton  membersamai agenda/prosesi sayara Kesultanan Buton.
  8. Baruga dalam wilayah Kesultanan Buton  umumnya terletak di depan mesjid dan diantarai oleh areal terbuka. Hal ini bisa dilihat pada baruga yang berada di Liya, Wakatobi dan di Kalisusu, Buton Utara.
  9. Baruga dalam kolektif masyarakat Buton mewakili gaya arsitektur dan konstruksi lokal.
  10. Pembangunan Baruga merupakan implementasi semangat gotong royong masyarakat Kesultanan Buton di seluruh negeri dalam menyiapkan material.
  11. Pembangunan Baruga menjadi aplikasi ilmu pertukangan masyarakat Buton.
  12. Baruga tidak hanya menjadi tempat pertemuan, namun pembangunan dan keberadaannya mengandung nilai-nilai kearifan lokal serta makna sosial bagi masyarakat Buton. Terlihat pada rangkaian ritual budaya yang dilakukan masyarakat Buton saat mendirikan bangunan.
  13. Saat ini, baruga difungsikan untuk kegiatan-kegiatan budaya masyarakat Buton dan ritual keagamaan seperti oelaksaan ‘Qunua’ dan ‘Qadiri’ di bulan Ramadhan.
  14. Baruga hari ini berada dalam Kawasan Cagar Budaya Benteng Wolio dengan Cagar Budaya peringkat Nasional.
Baca Juga :  PWI Baubau Serahkan Bantuan Hand Sanitizer ke Gugus Tugas Covid-19
Facebook Comments