Meningkatkan Mitigasi Bencana Kota Baubau

Penulis: Wahyu Pratama Satria Nugraha, SST
Staf Badan Pusat Statistik Kota Baubau

Bagai api dan asap. Peribahasa ini kiranya cocok untuk menggambarkan hubungan Indonesia dengan bencana alam yang tidak dapat dipisahkan.

- Advertisement -

Pada 2018, pusat gempa nasional Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat terjadi 23 gempa yang berdampak merusak. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya terjadi 19 kali pada 2017.

Hal ini tentunya sudah tidak mengherankan lagi mengingat Indonesia memiliki letak geografis diantara lempeng Australia, lempeng Eurasia dan lempeng pasifik. Selain itu, Indonesia termasuk dalam cincin api pasifik, yang tidak lain merupakan gugusan gunung berapi di dunia.

Menurut data dari Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) yang dirilis oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), selama tiga tahun terakhir tren bencana alam di Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya. Hingga Agustus 2019, sudah tercatat 1.875 kejadian bencana alam berupa banjir, longsor, gelombang pasang/abrasi, puting beliung, gempa bumi, kebakaran hutan dan lahan serta letusan gunung api. Jika dihitung  per hari, setidaknya terdapat 8 sampai 9 kejadian bencana selama tahun 2019.

Datangnya bencana ini tidak pandang bulu dan tanpa permisi. Coba sebutkan wilayah mana di Indonesia ini yang ingin terkena bencana?. Tentunya tidak ada satupun wilayah yang ingin.
Namun, fakta menggambarkan apabila dilihat sebaran kejadiannya, bencana alam di Indonesia terjadi hampir merata di setiap wilayah termasuk di Kota Baubau. Dibalik keindahan alamnya yang mempesona, Kota Baubau tidak luput dari kejadian bencana.

Sejarah mencatat, bahwa pada 19 Februari 2005 gempa berkekuatan 6,9 pada skala Richter mengguncang Kota Baubau sekitar pukul 07.00 WITA. Goncangan gempa membuat panik warga Kota Baubau yang baru akan beraktivitas. Ribuan warga mengungsi kedataran tinggi karena takut akan terjadi gelombang pasang tsunami.

Baca Juga :  Perahu Maju Bila Dayung Searah

Pada 2010 gempa juga pernah terjadi dengan magnitude sebesar 5,2 skala Richter dengan pusat sembilan kilometer tenggara Kota Baubau. Baru-baru inipun terjadi di wilayah Siompu Barat, Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara, Jumat (31/05/2019), pukul 21.54 WITA dengan magnitude 4,7 skala Richter.

Selain mengalami kejadian bencana gempabumi, Kota Baubau juga tidak luput dari ancaman bencana alam yang lain. Berdasarkan data Statistik Potensi Desa 2018 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), dalam 3 tahun terakhir dari 43 kelurahan yang ada di Kota Baubau, tujuh kelurahan diantaranya mengalami bencana banjir, satu kelurahan mengalami bencana tanah longsor dan satu kelurahan mengalami bencana puting beliung.

Bencana-bencana tersebut datangnya tidak dapat kita duga. Kita tidak dapat menghindar dari takdir Tuhan.

Lantas bagaimana kita menyikapi serangkaian bencana alam tersebut?. Mencoba “berkompromi” dengan alam, kalimat tersebut cukup relevan dengan kondisi saat ini.

Cara terbaik dan yang paling pas dilakukan adalah dengan menyiapkan mitigasi bencana sebaik mungkin. Kita dapat meminimalisir kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh bencana alam tersebut, baik kerugian materil dan non materil, maupun korban jiwa. Kerjasama antara pemerintah daerah dan instansi terkait serta peran aktif masyarakat sangat diperlukan untuk menyukseskan upaya mitigasi bencana ini.

Presiden Joko Widodo juga konsen dalam upaya mitigasi bencana ini. Terbukti dalam sambutannya pada acara Rakernas BMKG di Istana Negara 22 Juli 2019. Jokowi ingin Indonesia memiliki sistem mitigasi bencana seperti Jepang. Untuk itu, Ia meminta BMKG serta BNPB meniru Jepang.

Menyoal masalah mitigasi bencana ini, Pemerintah Kota Baubau sendiri telah melakukan serangkaian usaha untuk masalah ini. Menurut data Potensi Desa 2018 dari BPS Kota Baubau terdapat 29 kelurahan yang sudah menyediakan fasilitas mitigasi bencana berupa rambu-rambu dan jalur evakuasi bencana.

Baca Juga :  Menjawab Jaminan Mutu Aspal Buton

Hal tersebut merupakan contoh konkret yang sudah dilakukan Pemkot Baubau dalam upayanya meningkatkan mitigasi bencana. Baru-baru ini juga Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Baubau menggelar simulasi evakuasi gempa di Rusun Kelurahan Kaobula yang diikuti 120 warga.

Langkah tersebut sengat baik dilakukan untuk mengedukasi masyarakat tentang apa saja yang harus dilakukan saat gempa terjadi dan mengantisipasi hal-hal yang mungkin terjadi sehingga dapat meminimalisir dampak yang diakibatkan apabila terjadi gempa.

Pemberian perhatian yang cukup serius pada pemukiman yang rentan merupakan langkah tepat yang diambil. Sebagai mana diketahui, rusun di Kelurahan Kaobula ini merupakan salah satu bangunan vertikal tempat tinggal yang cukup tinggi di Kota Baubau, sehingga pemberian edukasi langkah-langkah evakuasi jika terjadi bencana pada masyarakat disana memang sangat diperlukan.

Dengan adanya sinergi yang baik antara pemerintah, instansi terkait,dan masyarakat maka peningkatan kualitas mitigasi bencana di Kota Baubau akan berjalan pesat. Program mitigasi bencana apapun dan sebaik apapun yang diselenggarakan pemerintah maupun stakeholder tidak akan berjalan dengan baik tanpa partisipasi masyarakat.

Kesadaran serta peran aktif masyarakat dalam memitigasi bencana yang akan datang sungguh sangat mempercepat peningkatan kualitas mitigasi bencana. Nantinya sistem mitigasi bencana seperti di Jepang yang diharapkan itu bukanlah suatu yang mustahil untuk diwujudkan. (***)

Facebook Comments