Bangun Solidaritas Kebangsaan

Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), H. Ali Mazi merangkul seluruh komponen pemerintah, tokoh masyarakat dan perguruan tinggi dalam acara silaturahmi dan bangun solidaritas bersama, Minggu 29 September 2019. (FOTO ISTIMEWA)

KENDARI, Rubriksultra.com- Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), H. Ali Mazi mengajak seluruh elemen masyarakat Sultra untuk bersatu. Menjaga tali silaturahmi dengan membangun solidaritas kebangsaan.

Sebagai orang nomor satu di Sultra, H. Ali Mazi mencoba merangkul seluruh komponen pemerintah, tokoh masyarakat dan perguruan tinggi dalam acara silaturahmi dan bangun solidaritas bersama, Minggu 29 September 2019.

- Advertisement -

Acara silturahmi ini sebagai rangkaian menyikapi aksi unjuk rasa yang berujung bentrok dan menelan dua korban mahasiswa yang meninggal dunia beberapa hari yang lalu.

Tampak dalam acara silaturahmi dihadiri unsur Forkopimda, Kabinda, Wali Kota Kendari, para rektor, kepala OPD dan para kepala SLTA, LSM, tokoh agama, masyarakat, pemuda, dan wanita.

Gubernur Sultra, H. Ali Mazi menyatakan, di Sultra ini merupakan daerah yang aman, damai, bersaudara, saling menghargai perbedaan dan menyayangi serta saling bahu membahu satu sama lain.

“Marilah kita semua menyejukkan bumi anoa yang kita cintai dan kita banggakan, jangan kita terpancing dan ikut-ikutan memberikan pernyataan yang negatif serta terprovokasi. Sultra punya budaya menjaga sesama yang ditanamkan leluhur sejak dulu,” katanya.

Beberapa perwakilan dari memberikan masukan dan penguatan menyikapi aksi unjuk rasa yang berujung bentrok dan menelan dua korban mahasiswa yang meninggal dunia beberapa hari yang lalu.

Kata Ali Mazi, masyarakat Sultra punya budaya seperti “Kalosara” dan “Samuturu” artinya pemersatu dan bersatu dari Tolaki (Konawe, falsafah “Pomamasiaka te Poangkakataka” atau saling menyayangi dan menghargai dari Wolio (Buton).

Lalu “Doposeise Mana” artinya mari kita bersatu (Muna), “Mepokoaso” artinya bersatu bersama dari Mekongga (Kolaka).

“Seluruh budaya dan falsafah ini harus dikemas sehingga Sultra tetap semangat dan terus membangun disegala sektor untuk mengisi ketertinggalan kita,” tambahnya.

Menyikapi aksi unjuk rasa beberapa waktu lalu, H.Ali Mazi mengingatkan kepada para rektor universitas dan perguruan tinggi negeri maupun swasta di Sultra untuk memberikan
pemahaman bahwa berdemo itu tidak dilarang karena itu merupakan rangkaian demokrasi. Tapi harus dilakukan dengan cara damai dan tidak anarkis.

Baca Juga :  Outlook 2021 Menuju Indonesia Maju, La Bakry Diundang jadi Pembicara

Hal itupun Ia sampaikan kepada para kepala SLTA se-Sultra agar mencegah siswanya untuk tidak mengikuti aksi demo. Para siswa harus lebih fokus atau mengutamakan menuntut ilmu dan belajar diruang kelas.

“Demikian pula kepada tokoh agama, masyarakat, pemuda, dan wanita serta LSM. Saya meminta untuk membantu mengimbau agar masyarakat tidak resah dan tetap tenang beraktivitas sehingga perekonomian di Sultra berjalan seperti biasa dan tetap stabil,” imbaunya.

Dalam sesi dialog tersebut masing-masing-masing perwakilan diberikan kesempatan untuk menyampaikan komentar.

Komentar pertama hadir dari tokoh agama. Perwakilan tokoh agama ini menyatakan bahwa dua mahasiswa yang meninggal di Sultra saat demo beberapa waktu lalu adalah musibah dan kerugian seluruh masyarakat Sultra.

Sebisanya tokoh agama akan meningkatkan imbauan melalui khotbah jum’at di masjid-masjid agar masyarakat tenang dan tidak terprovokasi.

Selanjutnya dari perguruan tinggi diwakili dari Unsultra. Perwakilan perguruan tinggi meminta agar sebaiknya diberikan ruang dialog secara berkala antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra dengan perguruan tinggi.

Perwakilan kepala SLTA di Sultra memberikan komentar dengan memastikan bahwa siswa sekolah tidak akan mengikuti demo dan agar siswa fokus belajar. Merekapun mengusulkan agar Gubernur Sultra, H. Ali Mazi mengeluarkan aturan tentang larangan siswa membawa Handphone (HP) di sekolah.

Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), H. Ali Mazi bersalaman dengan segenap perwakilan usai acara silaturahmi dan bangun solidaritas bersama.

Selanjutnya dari perakilan LSM. Para LSM ini memberikan masukan kepada pemerintah bahwa niscaya tidak terjadi demo jika saluran komunikasi tidak buntu, solusinya melalui pendekatan hati dan cinta kasih.

Danrem 143 Haluoleo Kendari, Kolonel Inf Yustinus Nono Yulianto pun ikut memberikan masukan. Ia mengatakan, kenapa Gubernur menghadirkan tokoh masyarakat, agama, pemuda, wanita dalam dialog ini karena tokoh-tokoh tersebut mengetahui seluruh permasalahan di masyarakat.

Baca Juga :  Awasi Pilkada Wakatobi, Galang Partisipasi Pemilih Milenial

“TNI siap memberikan rasa aman di Sultra, dan teman-teman wartawan memberikan berita yang sejuk jangan diperuncing karena akan merusak persatuan dan kesatuan kita,” pintanya.

Wakapolda Sultra, Kombes Pol Yan Sultra Indrajaya mengaku sangat prihatin dan berduka cita atas dua orang korban aksi demo.

Kata dia, Wakapolri menyatakan tidak ada hal-hal yang ditutupi dan segera dibentuk investigasi dari Mabes Polri untuk kasus kematian dua mahasiswa.

“Komunikasi, koordinasi dan kolaborasi merupakan solusinya Sultra aman, maju, dan sejahtera,” katanya.

“Menyikapi demo besok saya mengimbau jangan terpancing dengan orang yang ingin memprovokasi dan menjaga penyusup, mari kita jaga bersama dan patroli bersama,” tambah Wakapolda.

Wali Kota Kendari, Sulkarnain menambahkan, pihaknya akan selalu berkomunikasi dengan TNI dan Polri dan telah mengumpulkan seluruh camat agar bersilahturahim kepada masyarakat. Membuat video imbauan positif kepada masyarakat.

“Kejadian kemarin adalah bagian dari dinamika demokrasi. Pun begitu, demokrasi haruslah dilakukan dengan cara damai. Mari kita jaga kedamaian dan menjaga persatuan dan keutuhan bangsa,” katanya. (adv).

Facebook Comments