BAUBAU, Rubriksultra.com- Festival Keraton Masyarakat Adat (FKMA) ASEAN ke VI Polima resmi dibuka Pj Sekda Sultra, La Ode Mustari mewakili Gubernur Sultra, Ali Mazi di stadion Betoambari Baubau, Selasa 19 November 2019.
Dalam rangkaian pembukaan ini, Kota Baubau selaku tuan rumah mempersembahkan tarian kolosal dengan tema “Bone Tobungke”.
Tarian kolosal ini dibawakan 700 penari yang merupakan siswa dari seluruh Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di Kota Baubau.
Para tamu nampak menikmati tarian persembahan 700 siswa di Baubau ini. Apalagi gerakan tari yang dilakukan diiringi dengan alur cerita dari tema yang dibawakan.
Bone Tobungke sendiri merupakan kisah pertempuran antara La Bolontio dan La Timba-timbanga di pantai Boneatiro. Terjadi pada abad ke-14 pada masa pemerintahan Raja Mulae.
Raja Mulae dikisahkan memiliki seorang anak gadis cantik bernama Wa Tampaidongi. Ia memiliki leher yang cukup jenjang sehingga Ia juga seringkali dipanggil dengan nama Wa Koboroko atau Boroko Malanga.
Inilah asal usul baju adat Koboroko yang dikenakan kaum perempuan hingga saat ini.
Pada masa ini, Kerajaan Buton sangat makmur. Kabar itupun didengar pasukan Tobelo dibawah panglima sakti mandraguna bermata satu, La Bolontio dan berniat menyerang kerajaan Buton.
Alkisah, terjadilah peperangan pertama di lepas pantai Boneatiro. Dalam pertempuran ini, kerajaan Buton mengalami kekalahan.
Raja Mulae lalu mengadakan sayembara. Bagi siapa saja yang bisa menghentikan langkah La Bolontio maka akan dinikahkan dengan anak gadisnya, Wa Tampaidongi.
La Timba-timbanga pun mengikuti sayembara ini. Ia pun meminta restu sang raja dan langsung bergerak ke lepas pantai Boneatiro.
Pertempuran kedua pun tak terelakan.La Timba-timbanga berhasil memenangkan pertempuran dengan memenggal kepala La Bolontio untuk dipersembahkan kepada raja.
La Timba-timbanga kemudian dinikahkan dengan Wa Tampaidongi. Ia pun dinobatkan menjadi raja dan juga sultan pertama Kesultanan Buton dengan gelar Sultan Muhammad Isa Kaimuddin Khalifatul Khamis atau lebih dikenal Sultan Murhum. (adm)
Penulis : Sukri Arianto