Capai Terobosan Daerah, Jangan Lupa Pasang “Undian”

Ir. La Ode Budi

Oleh: Ir. La Ode Budi

BAUBAU, Rubriksultra.com- Dongeng. Ada orang yang terus datang ke altar sembahan. Dan selalu berucap: “Dewa, beri saya kekayaan dan kejayaan dengan memenangkan lotere”.

- Advertisement -

Sang pendoa begitu tekun datang dan mengucapkan doa yang sama. Waktu lama berlalu, dan tidak menyusutkan semangatnya untuk datang, terus datang dan berdoa.

Hingga suatu waktu dalam khusyuknya berdoa, dia dengar suara dari balik sembahannya : “beli dong undiannya !!”.

Dia kaget !

Saya yang membaca dongeng ini juga kaget ! (apa pelajaran penting di dalamnya?).

Membaca dongeng di atas, saya tersadar, untuk capai terobosan hidup, kita perlu “pasang undian”.

Kata lain dari fokuslah pada satu dua hal yang paling besar dampaknya pada nasib kita. Semua sumber daya alokasikan dulu pada hal itu. Menunda kesenangan lainnya.

Dalam konteks keluarga, alamiah orang tua akan fokuskan pada memelihara sumber uang masuk dan pendidikan anak–anak, sumber kejayaan masa depan.

Sumber uang masuk keluarga, itu bisa berrwujud pada usaha yang sedang dirintis/dikelola atau karir yang sedang dibangun (untuk pegawai). Atau paralel dua-duanya punya.

Usaha, kalau ada untung, ditanam lagi ke usaha itu, agar usaha itu tumbuh membesar.

Seperti memelihara tanaman, jangan sampai kurang air, kurang unsur hara. Ada istilah “biarlah makan bubur dulu”, asal usaha itu bisa terus tumbuh.

Upayakan punya kinerja tinggi dan tak tergantikan, kalau kita pegawai. Bolimo karo somanamo lipu, semangatnya.

Saya telah membeli “kupon undian” saat mendirikan sekolah.

Saya kerja terbaik di RCTI dan saya pakai cicil rumah (beli satu lagi untuk dirikan sekolah). Rumah saya jual dan fokus bayar cicilan bank, menunggu sekolah itu “menghasilkan”. Bertahun-tahun.

Baca Juga :  Selamatkan Nikel Sultra untuk Industri Indonesia

Semua kegiatan yang membutuhkan uang ditunda, bahkan anak-anak baru bisa jalan-jalan kalau numpang acara keluarga.

Biaya listrik rumah paling rendah, tapi beli buku tetap harus ada atau ke perpustakaan.

Pendidikan anak adalah jalan terbaik membangun nasib mereka. Karena itu, walaupun serba kekurangan, prihatin, anak-anak didorong untuk mengalami pendidikan terbaik.

Walau pas-pasan, dan kadang mereka juga berusaha kecil-kecilan, anak-anak didorong untuk capai hasil pendidikan terbaik. Akademik nilai tinggi, tapi juga aktif di kegiatan mahasiswa.

Apakah cara keluarga mengelola uang sama dengan mengelola keuangan APBD?

Nah, menurut saya, sama saja. Kita harus melakukan fokus dan pengorbanan untuk bisa punya terobosan daerah. Tanpa itu, hanya rutin, dan cuma tunggu-tunggu dari pusat, dan bertahan pencitraan melalui bansos.

Pilihan “undian apa yang harus dibeli” oleh daerah?

Menurut saya, ada dua “undian” yang perlu difokuskan. Yaitu, komersialisasi usaha rakyat dan pendidikan Generasi Emas.

Komersialisasi usaha rakyat artinya bagaimana agar dalam berusaha rakyat dirancang untuk memproduksi barang atau jasa yang diperlukan oleh daerah lain. Karena kalau produknya hanya untuk daerah itu sendiri, maka akan terbatas oleh daya beli masyarakat di daerah itu. Begitu begitu saja.

Tapi kalau dapat memproduksi “barang atau jasa yang dicari dunia”, maka otomatis daerah itu akan tumbuh dan kuat ekonominya.

Kalau ini tidak dicapai, hanya tunggu tergusur dibeli tanahnya oleh orang –orang yang menguasai “alat produksi” ekonomi.

Pendidikan adalah “sumber ekonomi” masa depan.

Membangun generasi yang berkualitas tinggi, dapat ditempuh menaikkan standar pendidikan di daerah dan menyiapkan mereka untuk bisa “tembus” ke sekolah-sekolah terbaik.

Untuk upaya ke luar negeri, Pemda bisa mengadakan intervensi kesiapan bahasa dan pendekatan ke sumber beasiswa.

Baca Juga :  Sampolawa dan Megalitik Tertua di Buton Selatan yang Belum Terungkap

Sebelum ditanya oleh Yang dibalik altar sembah untuk terobosan kejayaan, kita duluan bertanya kepada diri :

Daerah kita “telah membeli undian apa” ?

Semoga tulisan ini ada manfaatnya untuk refleksi dan bahan diskusi untuk adik-adik GENERASI EMAS Sultra/Kepton. Kabarakatina Tana Wolio. (***)

Facebook Comments