Kunjungan Presiden Jokowi, Ali Mazi Siapkan Protokol Kesehatan yang Ketat

Jembatan teluk kendari. (Foto dok KemenPUPR)

KENDARI, Rubriksultra.com- Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dijadwalkan melakukan kunjungan kerja ke Sulawesi Tenggara (Sultra) pada Kamis, 22 Oktober 2020, esok. Gubernur Sultra, Ali Mazi pun telah melakukan antisipasi risiko penularan dengan mempersiapkan protokol pengamanan kesehatan dan pengamanan lokasi yang sangat ketat dengan dukungan peralatan dan personel.

Jubir Gubernur Sultra, Ilham Q. Moehiddin dalam rilisnya menyampaikan, Sekretariat Negara menyebutkan kemungkinan kunjungan Presiden Joko Widodo itu akan sekaligus meresmikan Jembatan Teluk Kendari (JTK) di Kota Kendari dan Pabrik Gula milik PT Prima Alam Gemilang (PAG) di Kabupaten Bombana.

- Advertisement -

Kendati kemungkinan kunjungan ini dilakukan dalam masa pandemi Covid-19, Presiden Joko Widodo menganggap ini sesuatu yang penting dilakukan terkait dua hal yakni infrastruktur nasional dan investasi swasta nasional yang akan meningkatkan perekonomian daerah.

Dimana pabrik gula PAG Bombana adalah pabrik gula kedua yang pernah berdiri di Sulawesi Tenggara (Sultra), namun pertama terbesar di Indonesia dan di Asia Tenggara. Kehadiran PAG Bombana akan mempu mengontrol dan menstabilkan harga gula secara regional.

Dikatakan, Keprotokoleran Istana Negara telah melakukan berbagai langkah antisipasi ekstra dan pengamanan berlapis untuk menjamin keamanan Kepala Negara dalam kunjungannya ke Sultra di tengah pandemi.

Seluruh personel yang kemungkinan akan terlibat menyukseskan peresmian dua infrastruktur nasional tersebut telah menjalani pemeriksaan fisik dan psikis pada Rabu 21 Oktober 2020. Uji Swab dilakukan secara saksama.

“Walau kepastian kunjungan belum dapat dikabarkan kepada publik, namun Gubernur H. Ali Maz telah melakukan berbagai macam antisipasi risiko penularan,” katanya.

Protap yang disusun juga sangat ketat. Diantaranya Presiden Joko Widodo tidak mengambil waktu terlalu lama dalam kunjungannya kali ini.

Baca Juga :  Biaya Kesehatan Tiap Anggota DPRD Sultra Rp 4,7 Juta

Publik tidak diperkenankan mendekati dua lokasi peresmian, sehingga tidak terjadi pengumpulan massa, tidak ada pidato resmi berdurasi panjang, tidak ada sambutan adat, tidak ada pembacaan doa, dan tidak ada publikasi mengenai rute, durasi, moda, dan check-point.

Termasuk menunda untuk sementara kebisaan Presiden Joko Widodo yang kerap membagikan cinderamata kepada masyarakat yang beliau temui di sekitaran check-point perjalanan.

“Jika presiden nanti dipastikan melakukan dua kegiatan dimaksud, maka publik Kota Kendari dan Bombana, serta Sultra secara umum, dapat mengikuti kegiatan presiden melalui saluran televisi nasional atau akun YouTube resmi Setneg RI,” katanya.

Kehadiran Presiden Jokowi ke Sultra tentu saja membuat Gubernur Ali Mazi berbangga. Apalagi Jembatan Teluk Kendari yang telah diprogramkan Ali Mazi pada 2003 telah terwujud menjadi salasatu Infrastruktur Nasional berkat dukungan penuh Presiden Joko Widodo.

JTK dimasukkan dalam salah satu Infrastruktur Nasional karena pembangunannya menggunakan APBN dengan kelengkapan proyek serta konstruksi ditangani 100 persen oleh Kementerian PUPR Republik Indonesia.

Kehadiran Jembatan Teluk Kendari jelas menghubungkan ruas jalan nasional yang terus diperpanjang dan ditingkatkan kapasitasnya oleh Presiden Joko Widodo. Sebagai Infrastruktur Transportasi Nasional, Jembatan Teluk Kendari akan menjadi pendukung utama JTTS (Jalan Tol Trans Sulawesi) dan JKATS (Jalur Kereta Trans Sulawesi).

Maka sesuai proyeksi nasional, Jembatan Teluk Kendari menjadi hub bagi distribusi ekonomi, barang dan jasa, hasil pertanian dan perikanan. Pengalaman ini tentu saja mencuatkan banyak hikmah dan pelajaran bahwa cita-cita infrastruktur yang sungguh diniatkan untuk kebutuhan dan kepentingan masyarakat bukan justru hendak dijadikan pengakuan individual— dengan izin Tuhan serta melalui berbagai proses, pasti akan terwujud.

Pada tahun 2003-2008, Gubernur Ali Mazi dan Wakil Gubernur Yusran Silondae, memprogramkan pembangunan infrastruktur Jembatan Teluk Kendari (JTK) bersama Jembatan Buton-Muna (JBM), Bandar Udara Internasional Haluoleo, Kompleks Bumi Praja Aundonouhu, Menara Persatuan, Alun-alun MTQ, Kantor DPRD Prov Sultra, Mesjid Agung Al-Kautsar Kendari, Kota Perikanan Pasarwajo, termasuk mendorong pembentukan Fakultas Kedokteran UHO (untuk persiapan bagi RS. Jantung dan Pembuluh Darah), sekaligus memekarkan sejumlah DOB sebagai tujuan jangka panjang Sultra Raya 2020.

Baca Juga :  Laman Pendaftaran CPNS 2019 Belum Bisa Diakses

Semua infrastruktur ini ternyata menjadi kesinambungan program-program infrastruktur Gubernur Ali Mazi dan Wakil Gubernur Lukman Abunawas (2018-2023), berupa Jalan Pariwisata Kendari-Toronipa, Re-build Kota Tua Kendari, Tiga Bandara Baru, Simpul Transportasi Laut KPN, Simpul Utama Terminal Transportasi Darat Tipe-A Puuwatu, Kota Baru Pasarwajo, Kota Industri Perikanan Pasarwajo, dan kawasan-kawasan pariwisata serta sentra komoditi pertanian dan perikanan di Sultra.

Selain meresmikan JTK, Presiden Joko Widodo berkemungkinan melakukan kunjungan dan meresmikan pabrik gula PT Prima Alam Gemilang (PAG) yang berlokasi di Desa Watu-watu, Lantari Jaya, Kabupaten Bombana, Sultra.

Pabrik gula ini berkapasitas giling hingga 12.000 TCD (ton cane per day) atau 1,8 juta TCD setiap tahunnya. Dihasilkan pula 600 Ton gula putih (rafinasi) per hari. Dengan kapasitas produksi sebesar ini, maka Pabrik Gula PAG merupakan pabrik gula dengan jumlah produksi terbesar di Indonesia (dan Asia Tenggara) yang dimiliki oleh pengusaha dalam negeri.

Pabrik Gula PAG Bombana adalah usaha PT Jhonlin Batu Mandiri (Jhonlin Group). Pabrik gula yang dibangun sejak tahun 2016 dengan total investasi sekitar Rp 5 triliun ini didukung sumber bahan baku berupa area tebu inti plasma sebesar 22.797 hektar.

Sesuai dengan implementasi Road Map Making Indonesia 4.0, Pabrik Gula PAG Bombana telah mengaplikasikan teknologi canggih yang didukung automatisasi, sehingga PAG Bombana mampu menghasilkan produk dengan incumsa di bawah 100 UI dan total Losis di bawah 1,8 pol gula.

Partisipasi Pabrik Gula PAG Bombana untuk turut menopang program pemerintah dalam upaya swasembada gula dan kedaulatan pangan, maka dengan kapasitas produksi gula sebesar itu, PAG Bombana berkomitmen bisa memenuhi kuota gula Indonesia bagian timur dengan harga di bawah HET sehingga masyarakat dapat menikmati gula dengan konsumsi dan harga yang wajar.

Baca Juga :  Gubernur Sultra Lantik Sejumlah Pejabat Eselon II

Selama beroperasi keberadaan perusahaan tersebut juga mampu mengangkat kesejahteraan warga berupa pemenuhan lapangan kerja di tengah ancaman resesi ekonomi dan PHK akibat dampak pandemi Covid-19. Kementerian Perindustrian memang serius mendorong pembangunan pabrik gula baru yang terintegrasi dengan perkebunan tebu sehingga dapat beroperasi dengan penuh. Kewajiban terintegrasi dengan perkebunan tebu yang dimaksud tersebut memiliki beberapa ketentuan, antara lain adalah perkebunan tebu dimiliki sendiri oleh perusahaan industri ataupun bermitra dengan petani tebu.

Sebesar 20 persen bahan baku industri berdasarkan kapasitas giling tebu berasal dari perkebunan yang dimaksud, serta secara bertahap perusahaan industri harus meningkatkan sumber bahan baku industri yang berasal dari perkebunan tebu. Pabrik Gula PAG Bombana telah menjalin kemitraan saling menguntungkan dengan melibatkan warga sekitar.

Data Kemenperin menyebut produksi gula di Indonesia saat ini sebesar 2,2 juta ton per tahun, sementara kebutuhan gula nasional mencapai 5,8 juta ton per tahun. (adm)

Facebook Comments