Oleh: Ir La Ode Budi
JAKARTA, Rubriksultra.com- Saat ini, banyak sekali masyarakat daerah yang mencari akar budayanya.
Bisa dikatakan saat ini kita sedang “gandrung budaya, gandrung kearifan leluhur”.
Kenapa?
Menurut penulis, kebutuhan identifikasi dan kembali ke “kearifan asal usul” kita ini, minimal ada tiga pendorongnya.
Pendorong pertama, adalah kenyataan makin meluasnya globalisasi.
Begitu terkoneksinya bangsa-bangsa, daerah atau dengan suku-suku lain, sehingga muncul pertanyaan, bagaimana “siapa diri kita” di antara suku-suku atau bangsa- bangsa ini.
Dalam banyak pertemuan, kita akan ditanya, saudara asalnya dari mana? Dan apa keistimewaan bangsa atau daerah Anda ?
Kita merasa berharga di dalam diri atau di hadapan orang lain, kalau kita bisa ceritakan capaian budaya atau prestasi para leluhur kita.
Singkatnya, kita butuhkan identifikasi budaya leluhur, untuk memenuhi kebutuhan rasa berharganya diri (self esteem).
Pendorong kedua, terkait adanya kenyataan ada saja rakyat yang tertinggal “jauh sekali” kehidupannya.
Media atau politisi banyak beritakan kemajuan. Berita pembangunan ini, pembangunan itu.
Tapi, ada saja kondisi yang sangat menyedihkan dialami sebagian rakyat.
Ada busung lapar, ada stunting, ada perkelahian atau konflik yang akarnya kemiskinan atau rendahnya rasa kebersamaan, dan lain-lain, sebagai contohnya.
Masalah-masalah yang perlu “uluran tangan yang serius”, tapi tangan yang terjulur tidak cukup sampai solusikan.
Dan makin kuat anggapan untuk terangkat dari jurang kesusahan, sepenuhnya tanggung jawab individu atau keluarga tersebut.
Nafsi nafsi. “Yang utama kita selamat, utama keluarga kita sudah aman!”.
Kenyataan-kenyataan di atas, membuat kita kembali menengok pedoman nilai-nilai dari leluhur kita.
“Apa ada yang salah dari pijakan kita memajukan daerah?, kita mencari tahu.
Apa tidak ada nilai-nilai pegangan bersama yang mendorong kita untuk “menjangkau” mereka yang ada di posisi “kesulitan tingkat dewa” ini.
Pendorong ketiga, adanya pengetahuan bahwa budaya (seharusnya) adalah sumber kemajuan negara atau daerah.
Ini dapat dilihat dari semangatnya kita untuk menjadikan budaya (Koadati) jadi slogan daerah.
Budaya adalah tujuan pembangunan sekaligus wahana bersama untuk mencipta lompatan kemajuan.
Semoga tulisan ini bisa jadi pengantar diskusi atas topik ini. Kabarakatina Tana Wolio. (adm)