Monianse : Stunting Ancaman Bangsa

Orientasi Pemanfaatan aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil) dan Google Form pada proses Indentifikasi kasus Stunting di Kota Baubau, beberapa waktu lalu. (FOTO ADY)
Orientasi Pemanfaatan aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil) dan Google Form pada proses Indentifikasi kasus Stunting di Kota Baubau, beberapa waktu lalu. (FOTO ADY)

BAUBAU, Rubriksultra.com- Wali Kota Baubau, La Ode Ahmad Monianse menyebut stunting menjadi ancaman bangsa. Untuk itu, penanganan stunting harus bergerak bersama.

Dikatakan mindset tentang stunting harus diubah menjadi takut dengan stunting. Karena kalau tidak ada rasa ketakutan, maka kita tidak akan pernah berhasil mencegah stunting.

- Advertisement -

“Pemerintah pusat begitu serius melawan stunting dengan melibatkan salah satu petinggi TNI. Hal ini menandakan stunting merupakan ancaman yang serius bagi bangsa,” katanya saat membuka kegiatan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sultra, tentang Orientasi Pemanfaatan aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil) dan Google Form pada proses Indentifikasi kasus Stunting di Kota Baubau, beberapa waktu lalu.

Di Baubau, setiap 100 anak lahir terdapat sekitar 27 orang mengalami stunting. Diharapkan semua pihak turut andil dalam penanganan stunting demi menciptakan generasi bangsa yang sehat dan kuat karena yang menangani stunting bukan hanya urusan BKKBN dan Dinas Kesehatan.

Orang nomor satu di Kota Baubau itu juga memuji terselenggaranya orientasi pemanfaatan aplikasi Elsimil sekaligus pengukuhan organisasi Juang Kencana di Baubau.

Orang-orang yang tergabung dalam Juang Kencana dinilai mampu menekan angka stunting di Baubau.

“Mereka adalah pensiunan yang pernah berkecimpung di BKKBN atau penyuluh KB. Mestinya mereka sudah beristirahat, tetapi negara masih membutuhkan tenaganya untuk menekan musuh bersama yaitu stunting,” ujarnya.

Ditempat yang sama, Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN Pusat, Prof Muh Rizal Damanik mengatakan Indonesia saat ini sedang menghadapi masalah besar.

“Angka stunting nasional mencapai 24,4 persen atau dengan kata lain dari 100 orang ibu yang melahirkan ada 24 orang diantaranya sudah dalam kondisi stunting. Hal ini terjadi saat proses pembuatan antara sel telur dan sel sperma,” katanya.

Baca Juga :  Besok, Hari Tanpa Bayangan Terjadi di Baubau

Ia menjelaskan stunting adalah gagal tumbuh dan kembang karena kekurangan gizi pada anak, dimana, panjang tulang tangkai seharusnya 70 cm, tapi hanya tumbuh 40 cm akibat kekurangan gizi.

“Makanya, anak stunting itu pasti pendek, tapi pendek belum tentu stunting,” jelas Rizal.

Stunting bisa mengganggu keseluruhan organ tubuh termasuk pertumbuhan sel otak yang bisa terlihat pada saat masih bayi. Keadaan tersebut tentu saja menyebabkan anak cenderung kurang cepat memahami sesuatu.

“Makanya salah satu upaya kita adalah menghadirkan Elsimil. Aplikasi ini berguna untuk mendeteksi lebih awal terhadap potensi bayi yang akan dilahirkan calon pengantin. Aplikasi ini adalah inovasi untuk memudahkan pelaksanaan program percepatan penurunan stunting sebagaimana amanat Presiden,” imbuhnya. (adm)

Laporan : Ady

Facebook Comments