BAUBAU, Rubriksultra.com – Kota Baubau merupakan salah satu kota yang terletak di wilayah Indonesia Timur, tepatnya di Pulau Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Meskipun tidak sebesar beberapa kota lainnya di wilayah Indonesia Timur seperti Makassar atau Ambon, Baubau memiliki potensi yang cukup besar sebagai salah satu pusat maritim di Indonesia Timur.
Kondisi itu dipahami betul oleh Pj. Wali Kota Baubau, Dr. Rasman Manafi. Tak heran, pasca dilantik sebagai orang nomor satu di negeri Khalifatul Khamis, Asisten Deputi Pengelolaan Ruang Laut dan Pesisir di Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi itu, memantapkan visi menjadikan Baubau sebagai Hub Maritim Indonesia Timur.
Rasman menyadari banyak potensi yang dapat diserap di Kota Baubau. Dengan akses langsung ke laut, Baubau memiliki pelabuhan yang cukup penting dalam menghubungkan berbagai pulau di Indonesia Timur.
Pelabuhan ini menjadi pusat kegiatan logistik dan perdagangan antar pulau, serta menjadi titik muara bagi komoditas yang diproduksi di wilayah sekitarnya.
Semua itu menjadi potensi besar bagi Kota Baubau dan enam daerah lain di wilayah Kepulauan Sultra. “Kita mau kembangkan pelabuhan kita, potensinya besar sekali,” ungkapnya.
Menurutnya, Baubau adalah kota tua yang sejak zaman kerajaan telah memerankan dirinya sebagai jalur maritim, hingga saat ini bertahan sebagai penghubung kawasan barat dan timur Indonesia.
Daerah pemilik benteng terluas di dunia ini juga berada di posisi ALKI 3 (Alur Laut Kepulauan Indonesia). Baubau juga menjadi sentral penghubung di kawasan Kepulauan Sultra dan pulau-pulau lainnya di laut Banda dan telah menjelma sebagai kota jasa dan perdagangan.
Sayangnya, saat ini Baubau layaknya kota yang ‘lupa’ kekuatan itu. Harga tanahnya seperti di Bali, perputaran uang di Kota Baubau mencapai puluhan triliun tetapi yang bisa ‘ditangkap’ hanya milyaran.
Bahkan posisinya sebagai ‘central of network’ di kawasan kepulauan seperti di ambil alih daerah-daerah lain.
“PDB (Produk Domestik Bruto) Kota Baubau bisa sampai Rp 10 triliun tapi PADnya tidak sampai Rp 200 miliar. Artinya orang datang di Baubau tapi uangnya keluar. Sebenarnya ini peluang investasi yang cukup tinggi, karena tingginya orang bertransaksi di Baubau,” ungkap Rasman.
Sebagai Hub Maritim, Kota Baubau selayaknya menjadi Singapura. Baubau menjadi kota digital, dimana anda datang cukup membawa handpone, sebab semua fasilitasnya tersedia dan murah.
Baubau juga laiknya sebagai Kota Jogja dan Solo, tempat pulang yang dirindukan, sebab riuh keramahan dan kebudayaan selalu hadir disetiap keluarga.
“Kota Baubau ini wilayah transit maka sarana wisata pasti sangat terbuka. Baubau seperti Solo dan Jogja, tempat bagi orang pulang kampung. Itu yang kita tawarkan sehingga ayo berkolaborasi bersama membangun Baubau,” tambahnya.
Kota Baubau laiknya kota pantai yang selalu menawakan laut dan terang nirwana yang didamba pelancong eropa. Intinya Baubau dengan kekuaan maritimnya akan menyejahterakan warganya.
Tetapi jalan menuju ke sana bagi Rasman butuh kerja bersama dan komitmen, siapapun pemimpinnya di masa datang. Baginya Baubau Hub Maritim adalah caranya mewujudkan Indonesia Emas 2045 dari Pulau Buton.
Siapapun di Baubau harus bisa merebut peran sebagai sentral di ALKI 2, dan harus bisa memaksimalkan potensi sumber daya alam maritim Baubau yang luar biasa.
“Kita tidak sedang bermimpi, kita tengah berkerja menuju ke sana, ke dunia baru bernama kemajuan,” tegasnya. (adm)