DOB : Peta Jalan Membangun Generasi Emas (2)

Oleh : Ir. La Ode Budi Utama,

Pada tulisan Peta Jalan Membangun Generasi Emas (1), saya membahas bagaimana menangani generasi/para murid yang telah hadir belajar di sekolah. Pada tulisan kali ini, saya membahas terkait Generasi Emas pada penanganan anak-anak yang belum lahir, yang masih bayi dan masih balita.

- Advertisement -

Menghasilkan Generasi Emas, tidak bisa hanya memperhatikan saat mereka sudah hadir di sekolah. Kita juga harus perhatikan masa dimana saat ibu mengandung mereka, kesehatan ibu dan bayi harus diperhatikan. Kekurangan gizi atau gizi tidak seimbang pada ibu saat anak masih bayi, akan terbawa hingga lahir dan saat tumbuh kembang.

Kalau ditarik ke belakang lagi, penting sekali sebelum menikah, pasangan tersebut memiliki pengetahuan yang memadai terkait reproduksi dan tanggung jawab mereka atas keturunannya. Intervensi ini dapat terlaksana melalui petugas-petugas KUA yang tidak saja mengakadkan pernikahan, tapi juga pembekalan terhadap pasangan yang akan menikah.

Puskesmas adalah ujung tombak Pemerintah untuk mencapai tujuan ibu dan bayi yang sehat tersebut. Selain pemeriksaan yang rutin, dan juga edukasi kepada ibu agar menjaga gizi yang seimbang, misalnya kombinasi diantara sayur, telur, ikan atau kacang hijau.

Tidak asal enak, indomie setiap hari, misalnya. Atau satu jenis makanan saja, sehingga gizinya tidak seimbang. Dengan pengetahuan, kombinasi makanan yang sederhana dan murah, bisa didapat pemenuhan gizi bagi ibu tersebut.

Di beberapa daerah, ada intervensi gizi dari Pemerintah terhadap ibu-ibu hamil. Tujuannya, agar ada kepastian bahwa sang ibu sehat, bayi yang dikandung sehat, dan jika ada masalah gizi dan kesehatan ibu dan bayi, langsung bisa ditangani oleh Puskesmas. Dalam hal ini APBD harus ada alokasi kesana, karena MDG’s (Millenium Development Goal) mengharuskan pencegahan masalah pada proses kelahiran ini.

Baca Juga :  Pemprov Sultra, Tidak Ada Alasan? Cabut IUP di Konkep

Saat ini, pertumbuhan otak anak pada usia emas. 0-6 tahun sangat diperhatikan. Masa ini adalah masa kritis dimana pertumbuhan potensi anak dipertaruhkan. Usia ini diistilahkan golden age (masa emas perkembangan manusia). Lewat gizi yang baik dan stimulus dari orang tua atau PAUD (pendidikan anak usia dini), maka diharapkan tersedia kapasitas kecerdasan anak yang tinggi pada usia sekolah nantinya.

Saat saya diskusi dengan Dirjen Pendidikan Usia Sekolah, Kemendikbud, saya dapatkan informasi bahwa persaingan dunia terkait dengan kualitas SDM sudah bergeser pada pendidikan usia dini. Banyak negara yang sudah memberi perhatian besar sekali pada pembangunan kualitas manusia pada usia 0-6 tahun (pra sekolah) Pendidikan PAUD (anak usia dini), yang diadakan di desa-desa jangan dianggap sebelah mata.

Hanya main main saja, atau hanya menghabiskan waktu. Ini pekerjaan serius. Pendidikan PAUD harus dirancang terstruktur dan bertujuan. Mereka terlihat main-main saja di PAUD, tapi sebenarnya mereka belajar. Karena pada balita, main itulah mereka belajar dan sarana membangun diri.

Karena itu, terhadap Daerah Otonomi Baru (DOB), Pemerintah Pusat selalu akan menanyakan program MDG’s di tingkat Kabupaten/Kotamadya itu. Dan ini menjadi penilaian utama apakah pemekaran itu berhasil atau tidak, disamping aspek lain semisal penurunan angka kemiskinan.

Singkatnya, perlu kerja semua pihak untuk bisa memajukan daerah, dan dalam hal Generasi Emas pada usia bayi kita akan banyak mengandalkan kinerja Puskesmas sebagai ujung tombak, disamping tugas mereka pada aspek kuratif dan preventif dalam penanganan kesehatan masyarakat.

Semoga tulisan ini, bisa menjadi refleksi bagi siapa saja yang memangku kepentingan terkait hal di atas. Amiin Kabarakatina tana wolio. (***)

Penulis adalah Pembina Yayasan Pendidikan Permata Hati, pemilik TK/SD Islam Pemata Hati, di Tangerang, didirikannya sejak 20 tahun lalu. Jumlah murid 500an dan merupakan Sekolah Standar Nasional dan sekolah percontohan Pemerintah dalam penerapan kurikulum unggul di Provinsi Banten. Sekolah swasta dengan akreditasi A ini memiliki guru-guru bersertifikat, dan pelatih tingkat nasional dan tingkat provinsi untuk Kurikulum 2013.

Facebook Comments