Abu Hasan-Ramadio (ABR) Ciptakan Berbagai Karya Pembangunan

GENAP tiga tahun Abu Hasan bersama Ramadio memimpin Kabupaten Buton Utara (Butur). Selama kepemimpinannya itu, pasangan yang berakronim ABR ini telah menggenjot pembangunan di berbagai bidang. Baik itu, sektor pertanian, perikanan, infrastruktur dasar, peningkatan kualitas pendidikan , pemberdayaan desa serta pembangunan sarana dan prasarana desa.

ABR telah menorehkan karya pembangunan dari berbagai bidang. Atas prestasi itu, Senin (18/2) bertempat di Gedung Islamic Center Minaminanga, dihadapan ratusan warga Butur serta beberapa kalangan akademisi UHO, ABR memamerkan kinerja yang telah dilakukan selama menahkodai daerah yang berslogan Lipu Tinadeakono Sara yang dikemas dalam Ekspose Tiga Tahun Kepemimpinan Abu Hasan-Ramadio. Ekspos tersebut mengangkat tema” Pemguatan Ekonomi Kerakyatan Berbasis Program Unggulan”.

- Advertisement -

*Kembangkan Pertanian Organik

Sejak dilantik 16 Februari 2016 silam, Abu Hasan -Ramadio telah mentelorkan gagasan cerdas dengan mengembangkan pertanian organik. Gagasan itu banyak mendapat dukungan dan pujian dari berbagai kalangan. Tak tanggung-tanggung, Menteri Pertanian, Amran Sulaiman memberikan dukungan atas program tersebut dengan datang langsung di daerah paling utara pulau Buton ini.

Dikunjungan itu, Amran Sulaiman memuji pemgembangan pertanian organik. Menurutnya, kebijakan yang dilakukan Abu Hasan-Ramadio perlu didukung. Apalagi, kemasan beras organik selain sehat juga menjanjikan dalam harga jualnya. ” Beras organik ini layak di ekspor ke luar negeri,” ucap Amran Sulaiman kalah itu.

Tercatat, awal tahun pemerintahannya melalui Dinas Pertanian (Distan) lahan pertanian padi organik terus diperluas sehingga mencapai 483 hektare dengan hasil produksi 419 ton.

Tahun 2017, lahan produksi kembali diperluas seluas 314 hektare sehingga menjadi 797 hektare dengan hasil produksi sebanyak 810 ton. Begitupun pada tahun 2018, lahan produksi menjadi 1.062 hektare dengan hasil produksi 1.183 ton.

Kemudian untuk tanaman jagung, dari tahun ke tahun meningkat. Dimana, 2016 luas lahan 652 hektare, produksi 694 ton. Tahun 2017, 1.093 hektare, produksi 1.109 ton. Tahun 2018, 829 hektare dengan hasil produksi 951 ton.

Baca Juga :  Buka MTQ Sultra, Gubernur Serukan Persatuan Umat

Untuk mendukung pertanian organik tersebut, Abu Hasan mendistribusikan ratusan bantuan alat pertanian (Alsintan) ke kelompok petani. Terhitung bantuan yang sudah disalurkan yakni, traktor roda empat sebanyak 6 unit, traktor roda dua 25 unit, cultivator sebabnyak 25 unit, cron sheller 3 unit, alat panen padi 3 unit dan alat panen jagung sebanyak 3 unit.

“Kita berharap bisa mendorong sektor pertanian menjadi sektor unggulan daerah. Sehingga mencapai kesejahteraan para petani. Bisa menambah nilai pendapatan bagi masyarakat di pedesaan,” harap Abu Hasan.

Selain fokus di pengembangan padi dan jagung organik, Abu Hasan juga berupaya agar Butur mendapat bantuan sapi. Tak sia-dia, Kementan menyalurkan bantuan sapi sebanyak 100 ekor.

*Peningkatan Pengerjaan Infrastruktur

Di bidang infrastruktur, melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), ABR telah berupaya mempermulus jalanan. Sehingga, selama tiga tahun terakhir tercatat jalan yang sudah diaspal sepanjang 106 KM. Bukan hanya itu, sepanjang 277 KM jalanan dibenahi dengan menggunakan sirtu.

Selain itu, dalam membuka akses transportasi dan ketersolasian, sebanyak 36 jembatan beton dibangun. Dengan rincian, tahun 2015, PUPR telah membangun jembatan sebanyak 24 unit. Tahun 2016, ada 7 unit yang dibangun. Untuk tahun 2017 ada 1 unit, kemudian tahun 2018 sebanyak 4 unit jembatan yang telah dibangun.

Sebagai interkoneksi dukungan program pengembangan pertanian organik, Dinas PUPR juga telah menggelontorkan anggaran sebesar Rp 12 miliar untuk membangun irigasi. Ada empat paket peningkatan jaringan saluran irigasi yang terletak di Desa Lahumoko, Triwacuwacu, Gunung Sari, Lambale.

Dari empat paket irigasi itu, terbagi tiga saluran yakni saluran primer sepanjang 700 meter, saluran sekunder 10.810 meter serta saluran tersier sepanjang 1.450 meter.

Di pemerintahannya juga, Abu Hasan-Ramadio tak hanya membangun infrastruktur dasar dan pengembangan pertanian organik. Akan tetapi, ikut menggelontorkan anggaran mliaran dalam membangun sarana sistem penyediaan air minum (SPAM).
Pada tahun 2017, ada beberapa wilayah, optimalisasi air bersih. Yakni, di Buranga, Labuan Wolio, Desa Mata, Kioko dan Desa Bira. Sedangkan tahun 2018, memanfaatkan dana alokasi khusus.

Baca Juga :  Outlook 2021 Menuju Indonesia Maju, La Bakry Diundang jadi Pembicara

*Ratusan Bantuan Digelontorkan Buat Tingkatkan Kesejahteraan Nelayan

Melalui Dinas Perikanan, Abu Hasan-Ramadio telah menurunkan kebijakan-kebijakan yang pro nelayan. Ada ratusan bantuan yang digelontorkan. Tidak lain, itu semua demi meningkatkan taraf pendapatan para nelayan.

Tercatat, ada 44 kapal bantuan jenis fiber yang telah diserahkan kepada nelayan. Puluhan kapal dibawah GT tersebut menelan anggaran sebesar Rp 1,4 miliar. Selain pengadaan kapal, dibangun pelabuhan perikanan, pengadaan mesin katinting, pengadaan bibit laut, pengadaan jaring, pembangunan kolam ikan tawar, serta pembangunan karamba.

Bantuan-bantuan tersebut akan diberikan tiap tahun. Tagetnya, tangkapan nelayan dapat meningkat, pertumbuhan ekonomi pun dapat meningkat.

“Bantuan-bantuan itu harus dimanfaatkan oleh para nelayan. Itu semua untuk peningkatan perekonomian di daerah pesisir,” kata Abu Hasan.

Selain menurunkan bantuan, lewat Dinas Perikanan Butur fokus mendorong budidaya rumput laut. Organisasi perangkat daerah (OPD) yang dipimpin Karya Jaya itu memberikan bantuan rumput laut. Hasilnya pun dapat dilihat ketika tahun 2018 lalu panen di Desa Koepisino melimpah.

“Saya memberi perhatian serius terhadap upaya-upaya pengembangan budidaya rumput laut kedepan. Prospek ini sangat potensial untuk dikembangkan,” tutur Abu Hasan.

Dinas Perikanan juga telah membangun budidaya ikan, serta memberikan bantuan alat tangkap nelayan berupa jaring, sero serta fasilitas tangkap lainnya.

*Raih WTP

Keberhasilan pembangunan di pemerintahan Abu Hasan-Ramadio disegala sektor itu beriringan dengan pengelolaan lapiran keuangan yang mumpumi. Terbukti, baru lebih kurang dua tahun pemerintahannya berjalan tepatnya pada bulan Juli 2018 lalu, Butur prestasi ditorehkan dengan meraih predikat Wajar tanpa pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tahun Anggaran 2017.

Raihan ini untuk pertama kalinya yang diperoleh Kabupaten Butur setelah lebih kurang 11 tahun berdiri menjadi daerah otonomi baru (DOB).

Baca Juga :  Air Bersih dan Sanitasi, Solusi Baubau untuk Generasi Sehat

Diraihnya predikat WTP oleh Pemkab Butur untuk pertama kalinya merupakan wujud komitmen, tekad, semangat dan kerja keras dari seluruh jajajaran OPD serta DPRD.

“Ini berkat kerja keras OPD Badan Keuangan Daerah, Inspektorat, Bappeda dan jajaran yg di komandoi Sekda yang sudah optimal. Kedepannya harus lebih optimis lagi untuk mempertahankan opini WTP,” terang Abu Hasan.Kata Abu Hasan, raihan WTP yang kini diperolehnya itu merupakan prestasi kolektif semua pihak untuk menciptakan sistem pegelolaan keuangan dan aset yang mumpuni.

Atas prestasi itu, Pemkab Butur mendapat piagam penghargaan dari Kementerian Keuangan RI. Piagam tersebut diserahkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara, Ririn Kadariyah kepada Pemkab Butur yang diterima langsung Bupati Butur Abu Hasan, di Aula Bappeda, Senin, 26 November 2018 lalu.

Dikesempatan itu, Abu Hasan mengatakan, Kabupaten Butur terus berbenah diberbagai aspek. Terutama aspek-aspek yang berkaitan dengan keuangan untuk menjadi bagian tidak terpisahkan dari proses pembagunan daerah yang terus ditingkatkan.”Alhamdulillah pada tahun 2017 ini kita mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

Kalau ada penghargaan yang diberikan, penghargaan itu adalah untuk para kepala sekolah, kepala Puskesmas, para kepala dinas dan seluruh jajarannya,” tandasnya.

Ia menjelaskan, penghargaan itu diraih bukanlah kerja bupati sendiri, tetapi menurutnya keberhasilan itu diraih semua stakeholder. Kerja keras itu tidak boleh dihentikan, karena kalau kerja keras dan sungguh-sunguh maka prestasi yang sudah capai ini akan menjadi mitos dimasa yang akan datang. Boleh jadi mendapatkan opini satu kali, boleh jadi dapat opini terus menerus. (Adv)

Facebook Comments