Ekonomi Pemuda dan Ekonomi Keluarga

Ir. La Ode Budi

Penulis : Ir La Ode Budi

BAUBAU, Rubriksultra. com-
Tantangan daerah yang baru mekar, adalah membuat KONSEP dan PRIORITAS PEMBANGUNAN.

- Advertisement -

Konsep gunanya agar semua pembangunan itu terintegrasi semua.

Seperti bangun rumah, ada tahapan pondasi, dinding, jendela, dan atap.

Tanpa konsep, perubahan ada, tapi sinergi dan nilai tambahnya tidak terbentuk.

Apa jadinya kalau atap tidak didukung oleh dinding yang kuat ?

Misal, bisa saja terjadi : Pasar sepi pembeli, kendala transportasi. Pelabuhan bagus, tangkapan ikan nelayan tetap sama.
Rumah Sakit beroperasi, tapi skala ekonominya kurang.

Sedangkan prioritas berguna untuk fokusnya alokasi anggaran dan cukupnya perhatian atas pelaksanaan program yang dibuat.

Berapapun, anggaran terbatas.

Program tanpa ditunjang anggaran cukup, tujuan tidak bisa tercapai.

Jadilah seremonial bansos diutamakan, sebagai etalase Pemda kerja.

Program tanpa pelaksanaan yang baik, jadi sia-sia. Mutu kerja rendah.

Pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, tentu sudah jadi keharusan. Tingkatkan pelaksanaannya saja, agar mudah, akurat dan cepat.

Harapan rakyat terutama, tidak lain adalah terkait PERUBAHAN EKONOMI.

Ini diawali dengan pertanyaan bagaimana para Pemuda bisa menjadi aset untuk memproduksi barang atau jasa??

Dan keluarga bisa punya cara baru dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga?

Kalau kesempatan ekonomi tidak bangkit, prestise dan aman masa depan, tetap saja tertuju pada pegawai negeri. Karena ada kepastian pendapatan gaji di akhir bulan.

Masalahnya jumlahnya tidak mungkin banyak.

Jika ASN diperbanyak, APBD teralokasi tinggi untuk biaya pegawai dan operasional.

Dana untuk pembangunan dan bangkitkan ekonomi daerah tersisa sedikit.

Dan Pemuda yang tidak lolos ASN, kemana?

Kembali, perlu KONSEP dan PRIORITAS.
Kalau APBD dibelanjakan cara normal saja yaitu membaginya sesuai tupoksi kadis, tanpa diutamakan dampaknya pada ekonomi masyarakat, maka tahun terus saja berlalu, ekonomi rakyat tidak banyak berubah.

Baca Juga :  Kepulauan Buton, Masih Lamakah Kehadiranmu?

Daerah sendiri tentu tetap akan banyak perubahan.

Dana APBD yang dibelanjakan, menjadi pendorongnya.

APBD sebesar 600 Milyar per tahun misalnya, maka akan ada uang 3 Trilyun, selama 5 tahun.

3 Trilyun adalah jumlah yang besar, jika direncanakan dan dibelanjakan dengan baik.

Masalahnya, siapa yang menangkap dampak usaha dari aliran uang 3 Trilyun itu?

Bisa jadi pendatang dari luar, buka toko atau usaha yang terkait peluang dari infrastruktur yang dibangun Pemda.

Mereka ada dana dan alat produksi. Dan bisa beli tanah pinggir jalan.

Lalu ada dimana Pemuda kita dan rakyat daerah sendiri, berperan ?

Alternatif lain, adalah undang Pengusaha dari luar. Buka pabrik atau usaha lain. Tapi itu tidak mudah, karena kendala infrastruktur, bahan baku dan kesulitan transportasi kepada pembeli.
Listrik saja belum cukup dan sering mati.

Pemaparan di atas bertujuan agar kita tahu “musuh” yang kita hadapi.

Ini namanya TANTANGAN.

Perlu konsep, strategi dan prioritas jitu untuk membuat kemajuan di balik tantangan ini.

Dan itulah indahnya jadi Pemimpin.

Pemimpin hadir untuk atasi situasi “tidak mungkin”.

Karena itu………

Siapapun yang mau jadi Pemimpin, bagus jika konsepnya terkait ekonomi daerah ditelaah dan didiskusikan.

Semoga bermanfaat bagi para Pemuda dan Aktivis sebagai bahan koja koja di pinggir laut atau di warung !!!

Mana tahu satu dari Anda yang berdiskusi jadi Kepala Daerah nantinya. Aamin Ya Rabbal Alamin. (*)

Facebook Comments