BAUBAU, Rubriksultra.com- Sampah dianggap sebagian orang adahal hal yang kotor, namun Wali Kota Baubau, Dr AS Tamrin menilai sebaliknya. Menurutnya sampah adalah emas.
Hal itu diungkapkan Dr AS Tamrin saat memperingati World Cleanup Day atau Hari Sampah Sedunia di Rujab Wali Kota Baubau, Minggu 13 September 2020.
Orang nomor satu di Baubau ini mengatakan, sampah bisa diubah menjadi produk ekonomis yang menghasilkan pundi rupiah. Ia pun mengajak masyarakat melalui peringatan World Cleanup Day untuk memulai gerakan pilah sampah dari rumah.
Namun gerakan ini harus sama prioritasnya dengan penerapan protokol kesehatan untuk mencegah Covid-19. Apalagi hal ini saling berhubungan dengan nilai kebersihan.
“Harus saling bersinergi juga dengan Perwali Covid-19. Melalui gerakan bersih-bersih diharapkan masyarakat disampaikan empat pokok utama, yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menghindari konsentrasi massa,” katanya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Baubau, Muhamad Salim mengatakan, gerakan pilah sampah dari rumah mengawali pembukaan word cleanup day di Baubau.
Kegiatan itu akan dilangsungkan mulai 13 sampai 19 September 2020 berlokasi ini Kota Mara bersama komunitas hijau dan peduli lingkungan Baubau.
Masyarakat diharapkan dapat berkontribusi dengan memilah sampah baik sampah plastik, dus dan lainnya. Kemudian sampah yang tidak bermanfaat akan dibawa ke Tempat Pengolah Akhir sampah (TPA) Wakonti.
“Petugas kami akan angkut lalu dibawa ke bank sampah, dipilah kembali lalu dilakukan pencacahan dan pengepresan. Jadi nanti yang tidak bermanfaat akan dibawa ke TPA untuk dipilah kembali,” tandasnya.
Kata Muhamad Salim, pihaknya sudah melakukan pemilahan sampah yang kini hasilnya sudah mencapai dua kontainer. Satu kontainer isinya kurang lebih 13 ton.
Dikatakan, sampah bernilai ekonomis dihargai Rp 5.000 per kilogram. Bila dikonversi, satu kontainer bisa menghasilkan rupiah sekitar Rp 5 juta.
“Alhamdulillah dengan itu petugas kami bertambah penghasilannya apalagi dimasa pandemi ini. Sebelumnya sampah itu dianggap kotor, sekarang sampah itu kita nilai emas. Stigma itu seharusnya dibangun di masyarakat agar belajar mengolah sampahnya dari rumah,” pungkasnya. (adm)
Penulis: Ady