Mengenal Lebih Dekat Kapolres Baubau

AKBP DANIEL WIDYA MUCHRAM, begitulah namanya. Pria kelahiran 2 mei 1975 mengemban amanat sebagai kapolres ke sepuluh di Kota Baubau menggantikan AKBP Suryo Aji.

Ia merupakan anak dari pasangan Jusuf Mucharam dan ibu Lies Kumalasari. Nyalinya menuntaskan persoalan tidak diragukan lagi. Yah begitulah anak anggota Brimob tahun 70an.

- Advertisement -

Pria dengan tubuh berisi ini juga memiliki pengalaman yang cukup banyak dalam jenjang karirnya. Dia pernah menjadi pengawal pribadi (Walpri) Calon Presiden RI, Wiranto. Tepatnya pada tahun 2004 lalu, ketika mantan jendral TNI itu mencalonkan diri sebagai calon Presiden dari Partai Hanura.

Pria dengan dua melati di pundaknya ini, beberapa waktu lalu mendapat penghargaan dari Walikota Baubau. Apresiasi itu diberikan pemerintah daerah atas dedikasi yang telah menjaga Kota Baubau dalam situasi yang kondusif dan nyaman. Penghargaan yang sama diberikan kepada dua rekannya, Kapolres Buton AKBP Andy Herman dan Dandim 1413 Buton, Letkol Inf Davy Darma Putra.

Meski terlatih hidup keras, pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat dikenal murah seyum. Anak pertama dari tiga bersaudara ini juga dikenal mandiri. Bahkan sejak lahir, dia sudah tak bersama dengan sang ayah yang ditugaskan sebagai komandan operasi daerah konflik, di timur-timur selama empat tahun.

Daniel memiliki saudara laki-laki yang juga seorang polisi. Riky Widya Mucharam namanya, sekarang diamanatkan menjadi Wakapolres di Polres Karawang, sedangkan adik perempuannya telah menghadap sang khlik karena penyakit gagal jantung.

Menjalani kisahnya saat ini Daniel didampingi seorang istri. Candra Cipta Ningtias namanya, wanita yang begitu dicintainya yang telah memberinya dua orang anak. Yang pertama, Fahry Adam El Yakin lahir tahun 2002 dan saat ini tengah melanjutkan pendidikan di Firlandia. Anak keduanya bernama Adinda Putri Rahmadanti yang lahir tahun 2004, saat ini Adinda tengah menempuh pendidikan di Semarang.

*Masa Muda Daniel dan Jenjang Pendidikannya*

AKBP Daniel Widya Muchram

Semasa mudanya, Daniel Widya Muchram sangat jarang bersentuhan langsung bersama orang tuanya. Ketika dirinya tercatat sebagai murid kelas tiga SD Gunung Pasir Selatan, di Kelapa Dua, Ia kembali ditinggal ayahnya yang dipindah tugaskan ke Sulawesi Utara. Sejak itu hingga lulus di Sekolah Dasar, ia hanya tinggal bersama bibinya.

Baca Juga :  Polisi dan TNI di Baubau, Doakan Korban Gempa Lombok

Hal yang sama juga terjadi dimasa SMPnya. Menjalani sekolah di tanah kelahirannya bukan malah menghabiskan waktu bersama orang tuanya. Ia malah dititip tinggal bersama neneknya hingga Dewasa.

Namun kejadian itu tidak menjadi persoalan hidup bagi dirinya. Semua kejadian pasti ada hikmahnya. Ia semakin termotifasi belajar. Atas itu, semangat kesuksesannya terus terpacuh.

Walau dengan penghasilan ayahnya saat itu kurang lebih Rp 16.000, namun Daniel mampu menyelesaikan sekolahnya dengan baik.

Ketika SMA karirnya mulai terbentuk. Ia menjadi siswa angkatan pertama SMA Taruna Nusantara di asrama magelang.
Sekolah asrama pertama yang betul mengajarkan kombinasi antara pendidikan dan stamina. Meraka membuat suatu kalaborasi Abri, siswa dan swasta, sehingga bisa mencetak generasi mudah yang kuat dan cerdas. Disanalah ia banyak belajar tentang kepemimpinan.

*Karir dan Pendidikan di Luar Negeri*

Memasuki tahun kelulusannya di Sekolah Taruna Nusantara sekitar tahun 1993, di tahun yang sama pendaftaran untuk jadi anggota TNI dan Polri dibuka di seluruh Indonesia. Bahkan khusus sekolah taruna itu, dibukakan jalur khusus untuk para alumninya mendaftarkan diri. Melihat peluang itu, Daniel akhirnya memutuskan ikut masuk ke sekolah akademi kepolisian hingga dinyatakan lulus sebagai anggota Polisi tahun 1996.

Sebagai Penugasan pertama, ia ditempatkan di Polrestabes Semarang, Jawa Tengah. Ketika itu ia menjabat sebagai Pamakta atau saat ini bernama KSPKT. Tidak berselang lama, ia kemudian diangkat menjadi Kepala Unit Partoli dan Pengawalan (Kanit Patwal). Dijabatan Kanit Patwal itu, ia mengaku memiliki pengalaman yang lucu. Bagaimana tidak, ia harus memimpin seluruh anggota Polisi dengan postur tubuh yang besar dan tinggi, sementara dirinya dianggap cukup kecil.

Tepatnya di tahun 2000, dirinya pindah ke Banyumas, Jawa Tengah dan menjabat sebagai Wakasat Lantas. Tak butuh waktu lama, Daniel akhirnya dipromosikan menjadi Kepala Satuan Lalulintas (Kasat Lantas) di Cilacap.

Menjadi Kasat Lantas Cilacap, rasa dilema kemudian muncul. dirinya dihadapkan dengan pilihan antara karir dan Pendidikan. Jiwanya yang tidak pernah puas menimbah ilmu itu akhirnya memilih melanjutkan pendidikannya Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).

Baca Juga :  Sengketa Pilkada Kolaka Fokus Penggunaan KTP Ganda dan DPT Tambahan

Setelah lulus dari PTIK, tepat pada tahun 2002, Daniel kemudian ditempatkan sebagai guru di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Direktorat Lalu-lintas (Ditlantas) Polda Jateng selama dua tahun.

Tidak ada kata jenuh mencari ilmu di dalam hidupnya. Menjelang tahun 2005, Daniel melanjutkan pendidikan di Negera Belanda selama tiga tahun berturut-turut. Atas kegigihannya, gelar master traffic accident analysis berhasil ia raih.

Dengan gelar master itu, dirinya berhasil mengantongi lisensi untuk menganalisa sebuah kecelakaan lalu lintas menggunakan teknologi IT. Untuk di Indonesia, hak prestasi ini hanya diemban lima orang termasuk dirinya.

Dengan modal ilmu yang dimilikinya, rupanya Polda Jateng tidak ingin menyianyiakan kesempatan itu. hingga akhirnya Daniel kembali diberikan jabatan sebagai Kasat Lantas di Pati selama enam bulan sebelum pindah sebagai Kasat Lantas di Purworejo.

Usai menjadi Kasat Lantas di Purworejo itu, Daniel menduduki jabatan Kepala Seksi Tilang, Dirlantas Polda Jateng. namun hanya berselang satu tahun dirinya kemudian diangkat menjadi Wakapolres di Kota Tegal, Jawa Tengah.

Tidak ada rasa bosan mengejar ilmu. beberapa tahun menjadi Wakapolres di Kota Tegal, Daniel kemudian mengambil S2 di Jepang. Sejak tahun 2010 hingga 2011 ia menimbah ilmu di Negri Sakura.

Pulang dari Jepang, ia langsung ditempatkan lagi sebagai Wakapolres di Brebes. sekitar delapan bulan hingga akhirnya ia ditarik ke Bagian Sumber Daya Manusia (SDM) di Mabes Polri. Nah disitulah, sekitar tahun 2013, ia akhirnya mengikuti tes sespim. Alhamdulillah lulus. Ada dua tempat Sespim saat itu yang ia ikuti. tidak hanya di Bandung saja, Namun diwaktu yang sama, ia juga mengikuti sespim di luar negeri tepatnya di Malaysia. Sespin di Malaysia itu cukup bergengsi mengingat sespin itu diikuti oleh gabungan perwira senior dari lima negera.

Usai mengikuti sespin, iapun ditempatkan di Polda Riau sebagai Kasubdit Gakkum Ditlantas, setalah itu mendapat promosi lagi sebagai kabag Binkar, dan terkahir sebagai Kabag RBP di Polda Riau.

“Dan tepat tanggal 1 Januari 2016, saya akhirnya pindah ke Polda Sulawesi Tenggara (Sultra), ketika itu masih juga sebagai Kabag RBP selama satu tahun, sebelum akhirnya dipromosikan lagi sebagai Kapolres Baubau di September 2017,” kata Daniel menceritakan karirnya.

Baca Juga :  Brigadir Sahrul, Polisi yang Bantu Sopir di Laelangi Diapresiasi Kapolres Baubau

*Menjabat Sebagai Kapolres Baubau*

Kapolres Buton, AKBP Andy Herman (kiri), Dandim Buton Letkol Infantri Davy Darma Putra (tengah), Kapolres Baubau AKBP Daniel Widya Muchram (kanan)

Tujuh bulan menjadi kapolres di Baubau, Daniel Widya Muchram cukup banyak melakukan gebrakan. September 2017, dia berhasil mencoba malakukan penyehatan organisasi internal Polres Baubau, memberikan penguatan, memberikan motivasi terhadap anggota agar tidak mudah tercerai berai, serta melakukan pemetaan konflik internal untuk dicarikan jalan penyelesaian terbaik.

“Secara pribadi, saya berharap apa yang saya lakukan baik kecil maupun yang besar, bisa mendekatkan saya kepada yang maha kuasa. lebih umum lagi orang-orang yang bekerja dengan saya atau bersama saya, masyarakat yang bertemu saya bisa mendapatkan manfaat dari keberadaan saya, itu sudah cukup bagi saya,” katanya.

Selain melakukan penguatan internal, Daniel Widya Muchram juga menjalin kerjasama dan hubungan baik bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), tokoh masyarakat, pemuda, agama serta elemen media massa di Kota Baubau. Menurutnya, seluruh elemen itu, dinilainya mampu saling mendukung menjaga Kamtibmas hingga menjadikan perputaran roda ekonomi akan semakin baik dan maju.

“Masyarakat di Kota Baubau sebetulnya adalah orang-orang yang bersahabat. Pencapaian pribadi yang saya banggakan selama ini, cepat sekali saya bisa mendapatkan teman. saya merasa berada di kota tanah kelahiran saya sendiri. saya mencintai kota ini lebih dari tanah kelahiran saya di Sukabumi,” tambahnya.

Tidak hanya itu, ia juga menjalin hubungan sinergitas TNI dan Polri. beberapa kegiatan Polres Baubau, pihaknya selalu berupaya melibatkan TNI, termaksud tugas yang sifatnya melayani masyarakat, pengungkapan kasus, hingga palayanan-palayanan lainnya untuk masyarakat.

Dengan gaya kepemimpinannya itulah, tidak heran jika hubungan baiknya dengan orang-orang di sekitarnya terjalin cukup baik dan erat. “Jadi pertama kali saya datang ke sini, bertemu dengan orang-orang disini, melihat kondisi kota ini, potensi wilayahnya luar biasa, letaknya strategis, potensi wisata dan kearifan lokalnya juga bagus. nah ini membuat saya jujur menjadi jatuh cinta dengan kota ini, Tanah Wolio,” tutupnya. (***)

Facebook Comments